BAB
5
FUNGSI
PENGORGANISASIAN
A.
PENGERTIAN
pengorganisasian yaitu kegiatan yang mengatur tugas,
wewenang, dan tanggung jawab serta Pengorganisasian yang baik dapat menempatkan
orang – orang pada tugas yang tepat /Anggota suatu organisasi , baik oganisasi
formal maupun non formal .
dan di lakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan tertentu .
kata
organisasi mempunyai 3 pengertian umum yaitu :
1.
Sebagai lembaga atau fungsional .
2.
Proses pengorganisasian suatu proses
penyusuanan struktur organisasi dimana pekerjaan diatur dan di bagikan diantara
para anggota organisaasi sehingga tujuan yang telah di tetapkan apat di capai
dengan efesien .
3.
Pembentukan mekanisme untuk
mengkordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis .
B. ASPEK-ASPEK DALAM PENGORGANISASIAN
Prosesp pengorganisasian tercermin pada struktur organisasi
Struktur organisasi ( desain organisasi ).
didefinisikan
mekanisme formal dengan nama organisasi yang di susun berdasarkan :
1)
Departementalisasi
/ departementasi
Departementalisasi adalah pengelompokan pekerjaan menjadi
departemen aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan., oleh
karena itu merupakan hasil keputusan manajer tentantg aktivitas tadi
dibagi-bagi menjadi tugas atau secara jelasnya adalah Proses pengelompokkan dan
penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
Sebagai contoh, untuk bisnis restoran : pencatatan menu,
pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman makanan dari bagian
dapur kepada pelanggan di meja makan
dapat dikelompokkan menjadi satu departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan
Ada
beberapa cara dimana organisasi dapat mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang
bermacam-macam untuk dilaksanakan. Sekali lagi, proses penentuan cara bagaimana
kegiatan-kegiatan dikelompokkan disebut departementalisasi atau departementasi
v DEPARTEMENTALISASI
FUNGSIONAL
Departementalisasi fungsional mengelompokkan
fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk satu
satuan organisasi. Semua individu- individu yang melaksanakan fungsi yang sama
dikelompokkan bersama, seperti seluruh personalia, penjualan, akuntansi,
programmer computer, dan sebagainya.
·
Kebaikan pendekatan fungsional:
Kebaikan utama pendekatan fungsional adalah
bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama,
menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan
memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
·
Kelemahan struktur fungsional :
Bagaimanapun juga, pendekatan fungsional
mempunyai berbagai kelemahan. Struktur fungsional dapat menciptakan konflik
antar fungsi-fungsi,menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang
berurutan ,memberikan tanggapan lebih lambat terhadap perubahan, hanya
memusatkan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota
berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
v DEPARTEMENTALISASI DIVISIONAL
Banyak perusahaan besar, dengan banyak jenis
produk, diorganisasikan menurut struktur organisasi divisional. Bila
departementalisasi perusahaan menjadi terlalu kompleks dan tidak praktis bagi
struktur fungsional, manajer perlu membentuk divisi- divisi semi otonomi,
dimana setiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
Tidak seperti departemen fungsional, suatu
divisi menyerupai perusahaan yang terpisah.kepala divisi terutama memusatkan
perhatiannya bersaing dengan satuan-satuan lainnya dalam perusahaan yang sama.
Tetapi suatu divisi bukan merupakan satuan bebas seperti halnya perusahaan
terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer divisi tidak dapat membuat
keputusan-keputusan sebebas pemilik perusahaan terpisah, karena dia masih harus
melaporkan kegiatannya kepada direktur pusat. Sebagai pedoman umum, wewenang
kepala divisi terbatas bila keputusan-keputusannya akan mempengaruhi
kegiatan-kegiatan divisi-divisi lain.
·
Kebaikan struktur divisional :
Organisasi atas dasar divisi mempunyai
beberapa kebaikan. Karena semua kegiatan, ketrampilan dan keahlian yang
diperlukan untuk memproduksi dan memasarkan produk dikelompokkan menjadi satu
dibawah seorang kepala,keseluruhan pekerjaan dapat lebih mudah dikoordinasikan
dan prestasi kerja yang tinggi dipelihara. Disamping itu, baik kualitas dan
kecepatan pembuatan keputusan meningkat, karena keputusan- keputusan yang
dibuat pada tingkat divisi dekat dengan kancah kegiatan.
·
Kelemahan struktur divisional:
Bagaimanapun juga stuktur divisional
mempunyai berbagai kelemahan. Kepentingan divisi mungkin ditempatkan di atas
tujuan dan kebutuhan organisasi keseluruhan. Setiap divisi mempunyai para
anggota staf dan spesialis sendiri, sehingga akan meningkatkan biaya
administrasi dan terjadi duplikasi ketrampilan.
2) Pembagian kerja
Pemecahan tugas sehingga setiap individu
Hanya pertanggung jawabdanmelakukan sejumalah kegiatan tertentu saja
Pada
dasarnya ada 3 hal yang mendorong orang untuk membentuk pembagian kerja, yaitu
:
1. Pekerjaan yang banyak menumpuk dan tidak mungkin
dikerjakan oleh orang seorang.
2. Pekerjaan kadang-kadang menuntut keahlian tertentu dan
berbeda.
3. Pekerjaan dilaksanakan di beberapa tempat yang berebda,
dalam waktu bersamaan.
3) Koordinasi
Proses
untuk memadukan kegiantan dan sarana unit-unit organisasi yang terpisah guna
mencapai tujuan bersama
Koordinasi adalah usaha untuk menyatukan
serta menyelaraskan kegiatan yang ada, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran,
berlawanan dan semua kegiatan dapat mengarah kepada titik pencapaian tujuan.
Koordinasi perlu ada di dalam suatu
organisasi, sebab koordinasi perlu untuk mencegah timbulnya kekuatan pemisah
(divergensi) dari tujuan semula, akibat adanya pembagian tugas. Output dari
koordinasi adalah terdapatnya kegiatan yang terarah, tidak simpang siur dan
tidak bertentangan serta tidak saling tumpang tindih sesamanya.
4)
Rentang
manajemen
Banyaknya jumlah bawahan yang dapat
dikendalikaan secaraa efektif seorang atasan
dapat digambarkan dalam bentuk bagan
organisasi.
Kotak-kotak
menggambarkan departementasi (pengelompokkan kegiatan), kemudian kotak-kotak
itu diatur dalam tingkatan-tingkatan (hierarki manajemen), dan garis-garis yang
menghubungkan kotak-kotak menggambarkan rantai komando atau “siapa melapor
kepada siapa” dan juga menggambarkan hubungan atau koordinasi secara horizontal
dan vertikal.
Susunan
kotak tersebut membentuk organisasi , satu kotak di atas membawahi beberapa
kotak pada setiap hierarki manajemen, menggambarkan rentang manajemen (span of
authority), yang diartikan sebagai jumlah bawahan yang secara langsung melapor
kepada seorang manajer tertentu.
C.
PEMBAGIAN KERJA
Tiang dasar
pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja ( devision of work ) yang
memungkinkan terjadinya synergy .
Synergy
adalah dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama secara coperatid dan di
koordinasikan akan mencapai hasil lebih baik dari pada dilakukan perseorangan.
Pada
dasarnya ada 3 hal yang mendorong orang untuk membentuk pembagian kerja ,yaitu
:
1. Pekerjaan yang banyak menumpuk dan tidak mungkin
dikerjakan oleh orang seorang.
2. Pekerjaan kadang-kadang menuntut keahlian tertentu dan
berbeda.
3. Pekerjaan dilaksanakan di beberapa tempat yang berebda,
dalam waktu bersamaan
D.
BAGIAN ORGANISASI
Struktur organisasi adalah suatu diagram yang menunjukkan
fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-posisi dalam organisasi, dan
bagaimana mereka saling berhubungan.
Struktur
organisasi terlalu komplek komplek untuk disajikan secara verbal maka perlu
digambarkan dalaam bagan organisasi ( organization chart ) untuk menunjukan
struktur organisasi .
Bagan
organisaasi menggambarkan lima aspek utama struktur organisasi yaitu :
1)
pembagian
kerja
Cara pimpinan
mengendalikan tugas bawahan melalui pengorganisasian adalah dengan adanya
pembagian kerja yang jelas untuk tiap
orang, maka pimpinan dapat dengan mudah mengingat, siapa mengerjakan apa, yang
pada akhirnya dapat dimintakan pertanggungjawaban (laporan) hasil pelaksanaan
tugas tersebut kepada yang bersangkutan.
Dengan pembagian kerja kegiatan bawahan dapat tertuju pada satu arah, karena dengan adanya pembagian tugas, dapat dihindari kesimpangsiuran tugas, sehingga setiap orang tahu apa yang menjadi tugasnya, dan mereka akan berusaha melaksanakn tugas itu dengan sebaik-baiknya, sehingga tiap-tiap kegiatan itu akan terarah ke satu tujuan.
Dengan pembagian kerja kegiatan bawahan dapat tertuju pada satu arah, karena dengan adanya pembagian tugas, dapat dihindari kesimpangsiuran tugas, sehingga setiap orang tahu apa yang menjadi tugasnya, dan mereka akan berusaha melaksanakn tugas itu dengan sebaik-baiknya, sehingga tiap-tiap kegiatan itu akan terarah ke satu tujuan.
2)
manajer dan
bawahan (rantai perintah )
Manajer
dan bawahan atau rantai perintah.Rantai perintah menunjukkan hubungan wewenang
tanggung jawab yang menghubungkan tasan dan bawahan dalam keseluruhan
organisasi.Aliran ini dimulai dar jenjangorganisasi tertinggi sampai karyawan
terendahdalam organisasi
Oleh
Karena itu, setiap anggota organisasi mempunyaisuatu kaitan dengan manajer
puncak organisasi.Dalam hal iniprinsip kesatuan perintah harus jelas, dimana
setiap karyawan menerimamenerimatugas dan pelimpahan wewenang hanya dari
seorang manajer dan melaporkan pertanggung jawaban juga hanya kepada seorang
manajer.
Rantai Perintah
Kekurangan
atau kelemahan utama bagan adalah masih banyak hal – hal yang tidak jelas atau
tidak ditunjukan. Sebagai contoh, tidak menunjukan seberapa besar tingkat
wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajerial. Bagan juga tidak menunjukan
hubungan – hubungan informal dan saluran komunkasi, dimana organisasi tidak
dapat berfungsi secera efisien tanpa hal – hal itu.
3)
Tipe pekerjaan yang dilakuaakaan .
Kelompok-kelompok
kerja formal organisasi, tipe-tipenya :
1. Kesatuan tugas khusus (task force), dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas khusus.
2. Panitia tetap (standing commiters)dan panitia Ad hoc, dibentuk untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi, member saran manajemen puncak, atau bahkan membuat keputusan-keputusan sendiri.
3. Dewan atau komisi.
Kelompok-kelompok organisasi informal, memainkan peranan-penting dalam dinamika perilaku organisasi. Muncul tak terhindarkan kapan saja orang-orang bergabung bersama dan berinteraksi dalam pengelompokan-pengelompokan social.
1. Kesatuan tugas khusus (task force), dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas khusus.
2. Panitia tetap (standing commiters)dan panitia Ad hoc, dibentuk untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi, member saran manajemen puncak, atau bahkan membuat keputusan-keputusan sendiri.
3. Dewan atau komisi.
Kelompok-kelompok organisasi informal, memainkan peranan-penting dalam dinamika perilaku organisasi. Muncul tak terhindarkan kapan saja orang-orang bergabung bersama dan berinteraksi dalam pengelompokan-pengelompokan social.
4.pengelompokan segmen-segmen
pekerjaan (departementasi).
Pengelompokkan
segmen-segmen pekerjaan.keseluruhan anggota menunjukkan atas dasar apa
kegiatan-kegiatan organisasi dibagi dasar fungsionalatau divisional, atau
lainnya (departemantialisasi).
4. Tingkatan manajemen.
Tingkatan
manajemen Suatu bagian tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan tetapi juga
keseluruhan hirarki manajemen.
Seberapa luas tingkat spesialisai kerja dalam organisasi
dapat diperkirakan dengan membaca label-label yang yang menunjukkan pekerjaan
yang berbeda dan bagaimana tugas-tugas dikelompokkan.Garis menunjukkan rantai
perintah yang merupakan aspek kunci koordinasi dalam setiap organisasi.Bagan
juga dapat menunjukkan besarnya (size) dari organisasi, tetapi tanpa informasi
tambahan akan menimbulkan gambaran yang tidak jelas.
Keuntungan dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi
subyek perdebatan cukup lama di antara para penulis manajemen. Salah satu
keuntungan adalah bahwa kariawan dan lain – lain diberi gambaran bagaimana
organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tanggung jawab digambarkan dengan
jelas. Bila seseorang dibutuhkan untuk menangani suatu masalah khusus, bagan
menunjukan tempat dimana orang itu dapat ditemukan. Proses pembuatan bagan juga
memungkinkan manajer mengetahui dengan tepat kelemahan – kelemahan organisasi,
seperti sumber – sumber potensial terjadinya konflik atau bidang – bidang
dimana duplikasi yang tidak diperlukan terjadi.
E.
Departementalisasi
Efisiensi
aliran pekerjaan tergantung pada keberhasilan integrasi satuan – satuan yang
bermacam – macam dalam organisasi. Pembagian kerja dan kombinasi tugas
seharusnya mengarah ketercapainya strukturr – struktur departemen dan satuan –
satuan kerja.
Ada
beberapa cara dimana organisasi dapat memutuskan pola organisasi yang akan
digunakan untuk mengelompokan kegiatan yang bermacam – macam untuk
dilaksanakan. Sekali lagi proses penentuan cara bagaimana kegiatan – kegiatan
dikelompokan disebut departementalisasi atau departementasi. Beberapa bentuk
departementalisasi yang akan dibicarakan berikut ini, adalah atas dasar:
F.MACAM
–MACAM DEPAETEMENTASI
1. Fungsi:
pemasaran, akuntansi, produksi, atau keuangan.
2. Produk
atau jasa: divisi mesin cuci, lemari es, televisi, atau radio.
3.
Wilayah: divisi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Indonesia Timur dan
Operasi Internasional.
4.
Langganan: penjualan industri, pedagang eceran, pemerintah, milier atau
konsumen.
5. Proses
atau peralatan: departemen pemotongan, kelompok perakitan, bagian pembungkusan
atau bagian finishing.
6. Waktu:
kelompok kerja bisa dibagi menjadi shift pertama, shift kedua, shift ketiga.
7.
Pelayanan: bisa mencerminkan kelas bisnis, kelas ekonomi, dan kelas turis dalam
pelayanan di pesawat terbang.
8.
Alpha-numerical: bisa digunakan pada pelayanan telepon dimana,misal nomer 00000
– 50000 ditempatkan dalam satu departemen dan nomer 50001 – 99999 dalam
departemen lain.
9. Proyek
dan Matriks: digunakan oleh perusahaan – perusahaan konstruksi dengan teknologi
tinggi, perusahaan konsultan atau orientasi energi.
Dalam hal,
hampir semua organisasi menggunakan lebih dari satu pendekatan dalam
pengelompokan kegiatan – kegiatannya. Bahkan dalam organisasi yang besar
mungkin dijumpai empat, lima, atau enam pendekatan digunakan bersama sebagai
dasar departementalisasi.
Departementalisasi ini dapat di
rangkum menjadi tiga struktur departemen yaitu :
1.Departementalisasi
Fungsional
Departementalisasi
Fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan
sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Semua individu yang
melaksanakan fungsi yang sama dikelompokan bersama, seperti seluruh personalia
penjualan, akuntansi, programmer komputer, ddan sebagainya.
Organisasi
fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar
departementalisasi. Gambar 3.2, menunjukaan departementalisasi fungsional yang
dapat digunakan pada tingkatan manajemen puncak dalam membagi empat fungsi
utama bisnis – produksi, keuangan, dan personalia (kepegawaian).
Kebaikan
pendekatan fungsional. Kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa
pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi – fungsi utama, menciptakan
efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan
memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi – fungsi.
Pendekatan ini cocok untuk lingkungan yang stabil serta memerlukan koordinasi
internal yang minimum, membutuhkan lebih sedikit ketrampilan – ketrampilan
dasar pribadi, dan meminimumkan duplikasi personalia dan peralatan dari segi
biaya.
Kelemahan
struktur fungsional. Bagaimanapun juga, pendekatan fungsional mempunyai
berbagai kelemahan. Struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi
– fungsi, menyebabkan kemacetan – kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan,
memberikan tanggapan yang lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan
pada kepentingan tugas – tugasnya, dan menyebabkan para anggota. Berpandangan
lebih sempit serta kurang inovatif.
Koordinasi
antara dan diantara fungsi – fungsi menjadi kompleks dan lebih sulit sejalan
dengan pertumbuhan organisasi. Tanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan
kegiatan berhenti hanya pada sampai puncak.
2.Departementalisasi
Divisional
Banyak
perusahaan besar, dengan banyak jenis produk, diorganisasikan menurut struktur
organisasi divisional. Bila departementalisasi perusahaan menjadi terlalu
kompleksdan tidak praktis bagi struktur fungsional, manajer perlu membentuk
divisi – divisi semi otonomi, dimana setiap divisi merancang, memproduksi dan
memasarkan produknya sendiri.
Organisasi
divisional dapat mengikuti pembagian divisi – divisi atas dasar produk, wilayah
(geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
1.Struktur
organisasi divisional atas produk.
Setiap departemen bertanggung jawab atas suatu
produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi
produk adalah pola logik yang dapat diikuti bila jenis – jenis produk mempunyai
teknologi pemprosesan dan metoda – metoda pemasaran yang sangat berbeda satu
dengan yang lain dalam organisasi (lihat gambar 3.3). Dalam gambar terlihat
bahwa perusahaan diorganisasikan atas dasar produk pada tingkat manajer umum,
dan pada tingkat selanjutnya menggunakan pendekatan fungsional.
2.Stuktur
organisasi divisional atas dasar wilayah.
Departementalisasi wilayah, kadang – kadang
juga disebut departementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah
pengelompokan kegiatan – kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau
dimana satuan – satuan organisasi menjalankan usahanya. Faktor – faktor lokasi
yang terutaman menjadi pertimbangan adalah sumber bahan mentah, pasar, dan
tenaga kerja. Perusahan yang menjual produknya diberbagai wilayah yang tersebar
luas, dapat membaginya menjadi kelompok – kelompok wilayah dengan manjer
tersendiri (area manajer) untuk setiap wilayah. Perusahaan – perusahaan jasa,
perbankan, dan perusahaan – perusahaan bukan manufacturing lainnya lazim
diorganisasikan atas dasar wilayah, dengan membuka kantor – kantor cabang.
3.Struktur
organisasi divisional atas dasar langganan.
Departementalisasi langganan adalah
pengelompokan kegiatan – kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk atau
jasa tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika mungkin mempunyai divisi
– divisi yang terpisah untuk langganan.
4.Stuktur organisasi divisional atass dasar
proses atau peralatan.
Departementalisasi proses atau peralatan
adalah pengelompokan kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Hal
ini sering dijumpai dalam departemen produksi.kegiatan – kegiatan suatu pabrik
manufacturing dapat dikelompokan menjadi departemen – departemen pemboran,
penggilingan penggergajian perakitan dan penyelesaian terakhir. Tipe
departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila mesin – mesin atau peralatan –
peralatan yang digunakan memerlukan keterampilan – keterampilan pengoperasian
khusus atau akan lebih ekonomis bila kapasitas digunakan sepenuhnya. Pendekatan
proses atau peralatan terutama ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis.
Tidak
seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai perusahaan yang
terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan perhatiannya pada operasional
divisinya, bertanggung jawab atas laba rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan
satuan – satuan lainnya dalam perusahaan yang terpisah. Dalam hal ini, seorang
manajer divisi tidak dapat membuat keputusan – keputusan sebebas pemilik
perusahaan terpisah, karena dia masih harus melaporkan kegiatan nya kepada
direktur pusat. Sebagai pedoman umum, wewenang kepala divisi terbatas bila
keputusan – keputusannya akan mempengaruhi kegiatan divisi – divisi lain.
Kebaikan
struktur divisional. Organisasi atas dasar divisi mempunyai beberapa kebaikan.
Karena semua kegiatan, keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk
memproduksi dan memasarkan produk dikelompokkan menjadi satu di bawah seorang
kepala, keseluruhan pekerjaan dapat lebih mudah dikoordinasikan dan prestasi
kerja yang tinggi terpelihara. Di samping itu, baik kualitas dan kecepatan
pembuatan keputusan meningkat, karena keputusan – keputusan yang dibuat pada
tingkat divisi dekat dengan kancah kegiatan.
3.Departementalisasi
Organisasi Matrix / Matriks
Bentut
organisasi matriks marupakan gabungan dari departementalisasi menurut
fungsional dan departementalisasi menurut proyek. Seorang pegawai dapat
memiliki dua posisi baik secara fungsi maupun proyek sehingga otomatis akan
memiliki dua atasan / komando ganda. Proyek biasanya diadakan secara tidak menentu
dan sifatnya tidak tetap.
G.RENTANG
MANAJEMEN (SPAN OF MANAGEMENT)
Prinsip
rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan
secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan
koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah
rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif
Penentuan
rentang yang tepat
• Rentang manajemen mempengaruhi
penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan
mereka. Jika terlalu banyak anak
buah maka ,anak buah akan semakin kurang terkontrol dan kurang arahan. Kalau terlalu sedikit maka ,manajer yang
kurang dimanfaatkan tenaganya dan para bawahan terlalu diawasi.
• Ada hubungan antara rentang manajemen
di seluruh organisasi dan struktur organisasi. Jika rentang terlalu sempit, yaitu anak
buahnya sedikit, maka organisasi jadi terlalu tinggi dan berjenjang sehingga
efiktifitas manajer ditiap tingkatan akan terpengaruh.
Jika anak
buah merasa frustasi dan ada kecurangan maka dapat disimpulkan bahwa rentang
organisasi terlalu lebar, jadi tak effisien dan banyak tenaga yang tak
termanfaatkan dengan baik.
Pendekatan
Graicunas
• Dalam memilih suatu rentangan, manajer
harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan satu dengan satu secara langsung
dengan bawahan yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan dalam
kelompok dua atau lebih.
Pilihan
dalam meningkatkan jumlah karyawan
• Rentang manajemen naik
• Hirarki tingkatan manajemen naik
• Kombinasi keduanya
Menurut
Lockheed‘s tujuh faktor yang mempengaruhi manajer dalam penentuan rentang
manajemen adalah :
1) Kesamaan fungsi diawasi: sejauh mana
fungsi atau tugas bawahan yang manajer bertanggung jawab adalah sama atau
berbeda.
2) Kedekatan geografis fungsi diawasi:
seberapa dekat terletak kepada pengelola fungsi atau bawahan.
3) Kompleksitas fungsi diawasi: sifat fungsi
atau tugas yang bertanggung jawab manajer.
4) Arah dan kontrol yang diperlukan oleh
bawahan: derajat pengawasan yang dibutuhkan bawahan.
5) Koordinasi yang diperlukan pengawas:
sejauh mana manajer harus mencoba untuk mengintegrasikan fungsi atau tugas
dalam subunit atau di antara subunitdan bagian lain dari organisasi.
6) Perencanaan yang diperlukan pengawas:
sejauh mana manajer harus meninjau program dan kegiatan subunit nya.
7) Bantuan pada atasan atas adanya
organisasi : berapa banyak membantu dalam hal asisten dan personil pendukung
dapat diandalkan manajer.
Kelemahan
jumlah bawahan yang luas adalah :
A. Fungsi pengawasan terhadap bawahan
sukar dilaksanakan .
B. Kemajuan setiap bawahan sukar
diikuti .
C. Waktu kerja pimpinan akan habis
pekerjaan rutin mengawasi bawahannya ,sehingga tidak ada waktu lagi untuk
memikirkan pengambilan organisasi .
D. Pimpinana akan menjumpai kesulitan
untuk menyesuaikan diri dengan bawahannya .
Faktor-faktor
yang harus di perhitungkan dalam menetapkan rentang manjeman yaitu :
A. Mudah , sukarnya pekerjaan bawahan
yang harus di awasi.
Makin sulit pekerjaan ,sebaiknya makin sedikit jumlah
bawahan yang harus di awasi .
B. Kesetabilan proses produksi .
Apabila proses produksi stabil maka dapat lebih banyak
bawahan yang di awasi
C. Kemampuan bawahan yang diawasi .
Apabila bawahan mempunyai kemampuan kerja yang baik
makajumlah bawahan yang di awasi dapat lebih banyak lagi .
D. Pekerjaan utama atasan .
Jika atasan memiliki pekerjaan utama yang banyak , sebaiknya
jumlah bawahan yang diawasinya sedikit saja .
E. Biaya pengawasan .
Apabila biaya pengawasan mahal maka jumlah bawahan yang di
awasi , sebaiknya di tentukan jumlah yang sedikit .
H. RUMUS PENGHITUNGAN JUMLAH
HUBUNGAN .
Menurut V.A Griunas ,banyak sedikitnya jumlah bawahan yang
diawasi akan menentukan jumlah hubungan yang akan timbul antara atasan dan
bawahan .
Bagaimana menghitung jumlah hubungan yang timbul antara
atasan dan bawahan ini ?
Jumlah
hubungan itu dapat di hitung dengan rumus :
Ht = n(2n +
n 1).
Ht = jumlah
hubungan .
N = jumlah
bawahan .
Jadi kalau seorang pemimpin memiliki jumlah bawahan 3 orang
, maka jumlah hubungan yang akan timbul adalah sejumlaah 18.
Dalam
praktek jumlah hubungan menurut Griunas ini tidak selalu terjadi sebab jumlah
hubungan dalaam praktek tidak selau sama dalam hal frekuensi dan intensitasnya .
I .MACAM – MACAM SIFAT HUBUNGAN
DALAM ORGANISASI .
1)
Hubungan Garis.
Hubungan Garis adalah tipe
organisasi yang tertua dan paling sederhana. Dalam organisasi garis,
tugas-tugas perencanaan, pengendalian dan pengawasan berada satu tangan garis
kewenangan (line authority) langsung dari pimpinan kepada bawahan.
2) Hubungan Staf.
Hubungan staf pada umumnya digunakan
untuk organsasi yang besar. Daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang
tugas yang beraneka ragam serta rumit.
3) Organisasi Fungsi.
Pada umumnya yang dimaksud dengan
organisasi fungsi adalah yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi
yang harus dilaksanakan.
4) Hubungan rateral
(rateral relations )
Contonya bagian marketing
berhubungan dengan bagian produksi untuk merundingkan barang apa yang akan di
hasil kan .
J.BENTUK ORGANISASI .
- Organisasi Garis (Line Organization)
- Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)
- Organisasi Fungsional (Functional Organization)
- Organisasi Panitia (Commit Organization)
1) Organisasi Garis
Organisasi Garis adalah tipe organisasi yang tertua dan paling sederhana. Dalam organisasi garis, tugas-tugas perencanaan, pengendalian dan pengawasan berada satu tangan garis kewenangan (line authority) langsung dari pimpinan kepada bawahan. Bentuk organisasi diciptakan oleh Henry Fayol
Ciri-ciri organisasi garis adalah:
- Tujuan organisasi masih sederhana
- Organisasinya kecil
- Jumlah karyawannya sedikit
- Pemimpin dan semua karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari kerja
- Hubungan antara pimpinan dan karyawan bersifat langsung
- Tingkat spesialisasi begitu juga alat-alat yang diperlukan tidak begitu tinggi dan tidak beraneka ragam
2) Organisasi Garis dan Staf
Tipe organisasi garis dan staf pada umumnya digunakan untuk organsasi yang besar. Daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit. Bentuk ini diciptakan oleh Harrington Emerson.
Ciri-ciri organisasi garis dan staf adalah:
- Organisasinya besar dan bersifat kompleks
- Jumlah karyawan banyak
- Daerah kerjanya luas
- Hubungan kerja yang bersifat langsung tidak mungkin lagi
- Pimpinan begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal
- Spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan digunakan secara maksimal
Terdapat tiga komponen utama yaitu:
- Pimpinan : yang mengendalikan dan bertanggung jawab atas kelancaran organisasi dalam arti menentukan tujuan, menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.
- Pembantu pimpinan atau staf : yaitu yang membantu pimpinan dalam perencanaan dan pengendalian. Pada organisasi garis dan staf yang besar, staf terdiri dari dua kelompok, yaitu:
- Staf koordinasi atau biasa disebut "staf umum", yaitu kelompok staf yang membantu pemimpin dalam perencanaan dan pengawasan serta setiap saat memberikan nasihat-nasihat kepada pemimpin, diminta atau tidak diminta.
- Staf teknik atau biasa juga disebut "staf khusus", yaitu kelompok staf memberikan pelayanan atau jasa-jasa kepada komponen pelaksana untuk pelaksanaan tugasnya.
- Pelaksana : yaitu komponen organisasi yang melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan dari atas.
- Dalam organisasi garis dan staf, secara formal yang berhak memberikan perintah hanyalah pemimpin, sedangkan staf hanyalah sebagai pembantu pimpinan dengan tugas perencanaan, memberikan nasihat, dan lain-lain yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar yang mempunyai ruang lingkup tugas yang luas, beraneka ragam, dan kompleks, tidak mungkin lagi bagi seorang pemimpin mendelegasikan beberapa wewenangnya kepada staf sesuai dengan bidang masing-masing. Dalam hal demikian staf menandatangani keputusan, perintah, instruksi, dan lain-lain atas nama pimpinan.
3) Organisasi Fungsional
Pada umumnya yang dimaksud dengan organisasi fungsional adalah yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan.
Ciri-ciri organisasi fungsional antara lain adalah:
- Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan
- Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi terutama pada tingkat pelaksanaan bawahan karena bidang tugasnya sudah tegas dan jelas digariskan. Dalam organisasi fungsional, koordinasi dititikberatkan pada eselon atasan
- Pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas
- Para direktur mempunyai wewenang komando terhadap unit-unit yang berada dibawahnya atas namanya sendiri, tidak perlu atas nama direktur utama
Organisasi fungsional pada umumnya digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang pembidang tugasnya dapat digriskan secara tegas, umpamanya unit produksi, unit pemasaran, unit keuangan, dan lain-lain yang walaupun saling bersangkut-paut namun bidang kegiatannya jelas berbeda. Bentuk ini dikembangkan oleh FW Taylor.
4) Organisasi Panitia
Tipe organisasi panitia pada umumnya dibentuk dalam waktu yang terbatas untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu,
Ciri-ciri organisasi panitia antara lain adalah:
Tipe organisasi panitia pada umumnya dibentuk dalam waktu yang terbatas untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu,
Ciri-ciri organisasi panitia antara lain adalah:
- Tugasnya tertentu dan jangka waktu berlakunya terbatas
- Seluruh unsur pimpinan duduk dalam panitia baik sebagai ketua maupun sebagai anggota
- Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif, oleh sebab itu tanggung jawabpun secara kolektif pula
- Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang pada umumnya sama
- Para pelaksana dikelompokkan menurut bidang dan tugas tertentun yang harus dilaksanakan dalam bentuk tugas (task force)
5)
organisasi matrik.
Cirinya
adalah dalam organisasi itu terjadi kontak koordinasi antar bagian yang ada
dalam organisasi.
6)
organisasi prroyek dan lain –lain .
Cirinya
adalah apabila tujuan proyaek sedah selesai ,maka organisasi akan segera di
bubarkan.
Macam- macam bentuk organisasi dalam sudut
formalitas .
1.
Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Memiliki suatu struktur yang terumuskan baik, yang
menerangkan hubungan:
– hubungan otoritasnya,
– kekuasaan,
– akuntabilitas dan tanggung jawabnya,
– bagaimana bentuk saluran-saluran
– melalui apa komunikasi berlangsung.
– Menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya.
– hubungan otoritasnya,
– kekuasaan,
– akuntabilitas dan tanggung jawabnya,
– bagaimana bentuk saluran-saluran
– melalui apa komunikasi berlangsung.
– Menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya.
2.
Organisasi Informal
– Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
– sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
– Munculnya biasanya dikarenakan adanya sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang sama.
Contoh: makan malam bersama
• Sifat Organisasi Informal
1. Hubungan Didalamnya lebih bersifat spontan dan tidak teroganisasi
2. Tidak terdapat Pemimpin
3. Tidak bertitik tolak pada pengendalian Manajemen
• Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
• Organisasi Primer:
– menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya.
– Berlandaskan ekspektasi timbal balik, bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak
Contoh: keluarga
• Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
• Organisasi Sekunder, memuat hubungan yang bersifat
– intelektual,
– rasional, dan
– kontraktual.
• Tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniah
• Memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya.
• Contoh: kontrak kerjasama antara majikan – calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya
• Jenis Kelompok Informal
a) Horizontal Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama.
b) Vertical Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama
c) Random Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang.
– Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
– sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
– Munculnya biasanya dikarenakan adanya sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang sama.
Contoh: makan malam bersama
• Sifat Organisasi Informal
1. Hubungan Didalamnya lebih bersifat spontan dan tidak teroganisasi
2. Tidak terdapat Pemimpin
3. Tidak bertitik tolak pada pengendalian Manajemen
• Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
• Organisasi Primer:
– menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya.
– Berlandaskan ekspektasi timbal balik, bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak
Contoh: keluarga
• Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
• Organisasi Sekunder, memuat hubungan yang bersifat
– intelektual,
– rasional, dan
– kontraktual.
• Tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniah
• Memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya.
• Contoh: kontrak kerjasama antara majikan – calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya
• Jenis Kelompok Informal
a) Horizontal Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama.
b) Vertical Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama
c) Random Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang.