MAKALAH DASAR-DASAR PENGORGANISASIAN DAN
STRUKTUR ORGANISASI
Disusun sebagai persyaratan tugas manajemen
Disusun sebagai persyaratan tugas manajemen
Dosen :
Dra. Hj. Panca Wahyuningsih, MM.
Disusun
oleh Kelompok 5 / 1P :
1.
Elly
sulistyowati
2.
Tri
wahyu rudiyanto
3.
Lintang
jati panatas
4.
Erik
setyawan
5.
Nafis
ainul wafa
6.
Jamil
Abdullah
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2015 / 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis
dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “DASAR-DASAR PENGORGANISASIAN
DAN STRUKTUR ORGANISASI “ pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan
diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak
jarang menggunakan cara – cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad Swt atas petunjuk dan risalahNya,
yang telah membawa zaman kegelaapan ke zaman terang benderang, dan atas doa
restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu saya
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine
google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini.
Saya dapat menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat
menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Kudus ,12 maret 2016
(kelompok 4)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepintas
pengorganisasian adalah biasa dan lumrah dibicarakan. Yang tidak biasa adalah
kenyataan sukarnya kualitas sempurna pengorganisasian dicapai. Hal tersebut,
karena salah satu unsur yang termasuk sumber daya tidak lain manusia bahkan
manusia dalam keberadaannya sangat vital. Unsur manusia jugalah penyebab kalang
kabutnya kondisi negara kita dimana sebagian orang berteriak keras " Ubah
sistem ..ubah sistem ". Apa yakin dengan merubah sistem itu efisien? dan
kalau pun sistemnya dirubah, manusia jualah yang menjalankan. Sayangnya yang
berjuluk manusia itu rakus sebagaimana ilmu ekonomi menyebut homo economicus.
Kerakusan yang menjadi
penyebab inti bekerjasama di dominasi kepentingan pribadi. Berbeda dengan ilmu
ekonomi, manusia dijuluki ilmu manajemen sebagai homo oeconomicus yang senang bekerjasama. Kiranya
dieklektikan, optimalisasi kualitas pengorganisasian dapat kita tempuh dengan
cara mengelola manusia rakus sedemikian rupa hingga bekerjasama mencapai tujuan
yang ditetapkan. Hal inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
pengorganisasian yaitu kegiatan yang mengatur tugas,
wewenang, dan tanggung jawab serta Pengorganisasian yang baik dapat menempatkan
orang – orang pada tugas yang tepat /Anggota suatu organisasi , baik oganisasi
formal maupun non formal .
dan di lakukan oleh dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan tertentu .
kata organisasi mempunyai 3 pengertian umum yaitu :
1.
Sebagai lembaga atau fungsional .
2.
Proses pengorganisasian suatu proses
penyusuanan struktur organisasi dimana pekerjaan diatur dan di bagikan diantara
para anggota organisaasi sehingga tujuan yang telah di tetapkan apat di capai
dengan efesien .
3.
Pembentukan mekanisme untuk
mengkordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis .
B.
ASPEK-ASPEK DALAM PENGORGANISASIAN
Prosesp
pengorganisasian tercermin pada struktur organisasi
Struktur organisasi ( desain organisasi ).
didefinisikan mekanisme formal dengan
nama organisasi yang di susun berdasarkan :
1)
Departementalisasi
/ departementasi
Departementalisasi adalah
pengelompokan pekerjaan menjadi departemen aktivitas pekerjaan yang serupa
secara logis berhubungan., oleh karena itu merupakan hasil keputusan manajer
tentantg aktivitas tadi dibagi-bagi menjadi tugas atau secara jelasnya adalah Proses
pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria
tertentu.
Sebagai contoh, untuk bisnis
restoran : pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga
pengiriman makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di meja makan dapat dikelompokkan menjadi satu
departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan
Ada beberapa cara dimana organisasi dapat mengelompokkan
kegiatan-kegiatan yang bermacam-macam untuk dilaksanakan. Sekali lagi, proses
penentuan cara bagaimana kegiatan-kegiatan dikelompokkan disebut
departementalisasi atau departementasi
Ø DEPARTEMENTALISASI
FUNGSIONAL
·
Departementalisasi fungsional
mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk
membentuk satu satuan organisasi. Semua individu- individu yang melaksanakan
fungsi yang sama dikelompokkan bersama, seperti seluruh personalia, penjualan,
akuntansi, programmer computer, dan sebagainya.
·
Kebaikan pendekatan fungsional:
Kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan
ini menjaga kekuasaan dan kedudukan
fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan
keahlian organisasi, dan memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat
terhadap fungsi-fungsi.
·
Kelemahan struktur fungsional :
Bagaimanapun juga, pendekatan fungsional mempunyai berbagai
kelemahan. Struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar
fungsi-fungsi,menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan
,memberikan tanggapan lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada
kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih
sempit serta kurang inovatif.
Ø DEPARTEMENTALISASI DIVISIONAL
·
Banyak perusahaan besar, dengan
banyak jenis produk, diorganisasikan menurut struktur organisasi divisional.
Bila departementalisasi perusahaan menjadi terlalu kompleks dan tidak praktis
bagi struktur fungsional, manajer perlu membentuk divisi- divisi semi otonomi,
dimana setiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
·
Tidak seperti departemen fungsional,
suatu divisi menyerupai perusahaan yang terpisah.kepala divisi terutama
memusatkan perhatiannya bersaing dengan satuan-satuan lainnya dalam perusahaan
yang sama. Tetapi suatu divisi bukan merupakan satuan bebas seperti halnya
perusahaan terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer divisi tidak dapat membuat
keputusan-keputusan sebebas pemilik perusahaan terpisah, karena dia masih harus
melaporkan kegiatannya kepada direktur pusat. Sebagai pedoman umum, wewenang
kepala divisi terbatas bila keputusan-keputusannya akan mempengaruhi
kegiatan-kegiatan divisi-divisi lain.
·
Kebaikan struktur divisional :
Organisasi atas
dasar divisi mempunyai beberapa kebaikan. Karena semua kegiatan, ketrampilan
dan keahlian yang diperlukan untuk memproduksi dan memasarkan produk
dikelompokkan menjadi satu dibawah seorang kepala,keseluruhan pekerjaan dapat
lebih mudah dikoordinasikan dan prestasi kerja yang tinggi dipelihara.
Disamping itu, baik kualitas dan kecepatan pembuatan keputusan meningkat,
karena keputusan- keputusan yang dibuat pada tingkat divisi dekat dengan kancah
kegiatan.
·
Kelemahan struktur divisional:
Bagaimanapun
juga stuktur divisional mempunyai berbagai kelemahan. Kepentingan divisi
mungkin ditempatkan di atas tujuan dan kebutuhan organisasi keseluruhan. Setiap
divisi mempunyai para anggota staf dan spesialis sendiri, sehingga akan
meningkatkan biaya administrasi dan terjadi duplikasi ketrampilan.
2) Pembagian kerja
Pemecahan tugas sehingga
setiap individu Hanya pertanggung jawabdanmelakukan sejumalah kegiatan tertentu
saja
Pada dasarnya ada 3 hal yang mendorong orang untuk membentuk
pembagian kerja, yaitu :
1.Pekerjaan yang banyak menumpuk dan tidak mungkin dikerjakan
oleh orang seorang.
2.Pekerjaan kadang-kadang menuntut keahlian tertentu dan
berbeda.
3.Pekerjaan dilaksanakan di beberapa tempat yang berebda,
dalam waktu bersamaan.
3) Koordinasi
Proses
untuk memadukan kegiantan dan sarana unit-unit organisasi yang terpisah guna
mencapai tujuan bersama
Koordinasi adalah
usaha untuk menyatukan serta menyelaraskan kegiatan yang ada, sehingga tidak
terjadi kesimpangsiuran, berlawanan dan semua kegiatan dapat mengarah kepada
titik pencapaian tujuan.
Koordinasi perlu ada
di dalam suatu organisasi, sebab koordinasi perlu untuk mencegah timbulnya
kekuatan pemisah (divergensi) dari tujuan semula, akibat adanya pembagian
tugas. Output dari koordinasi adalah terdapatnya kegiatan yang terarah, tidak
simpang siur dan tidak bertentangan serta tidak saling tumpang tindih
sesamanya.
4)
Rentang
manajemen
Banyaknya
jumlah bawahan yang dapat dikendalikaan secaraa efektif seorang atasan
dapat
digambarkan dalam bentuk bagan organisasi.
Kotak-kotak
menggambarkan departementasi (pengelompokkan kegiatan), kemudian kotak-kotak
itu diatur dalam tingkatan-tingkatan (hierarki manajemen), dan garis-garis yang
menghubungkan kotak-kotak menggambarkan rantai komando atau “siapa melapor
kepada siapa” dan juga menggambarkan hubungan atau koordinasi secara horizontal
dan vertikal.
Susunan
kotak tersebut membentuk organisasi , satu kotak di atas membawahi beberapa
kotak pada setiap hierarki manajemen, menggambarkan rentang manajemen (span of
authority), yang diartikan sebagai jumlah bawahan yang secara langsung melapor
kepada seorang manajer tertentu.
C.
PEMBAGIAN KERJA
Tiang dasar
pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja ( devision of work ) yang
memungkinkan terjadinya synergy .
Synergy adalah dua orang atau lebih yang bekerja
bersama-sama secara coperatid dan di koordinasikan akan mencapai hasil lebih
baik dari pada dilakukan perseorangan.
Pada dasarnya ada 3 hal yang mendorong orang untuk membentuk
pembagian kerja ,yaitu :
1.Pekerjaan yang banyak menumpuk dan tidak mungkin dikerjakan
oleh orang seorang.
2.Pekerjaan kadang-kadang menuntut keahlian tertentu dan
berbeda.
3.Pekerjaan dilaksanakan di beberapa tempat yang berebda,
dalam waktu bersamaan
D.
BAGIAN ORGANISASI
Struktur organisasi adalah suatu
diagram yang menunjukkan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau
posisi-posisi dalam organisasi, dan bagaimana mereka saling berhubungan.
Struktur organisasi terlalu komplek komplek untuk disajikan
secara verbal maka perlu digambarkan dalaam bagan organisasi ( organization
chart ) untuk menunjukan struktur organisasi .
Bagan organisaasi menggambarkan lima aspek utama struktur
organisasi yaitu :
1.pembagian kerja
Cara
pimpinan mengendalikan tugas bawahan melalui pengorganisasian adalah dengan
adanya pembagian kerja yang jelas untuk
tiap orang, maka pimpinan dapat dengan mudah mengingat, siapa mengerjakan apa,
yang pada akhirnya dapat dimintakan pertanggungjawaban (laporan) hasil
pelaksanaan tugas tersebut kepada yang bersangkutan.
Dengan pembagian kerja kegiatan bawahan dapat tertuju pada satu arah, karena dengan adanya pembagian tugas, dapat dihindari kesimpangsiuran tugas, sehingga setiap orang tahu apa yang menjadi tugasnya, dan mereka akan berusaha melaksanakn tugas itu dengan sebaik-baiknya, sehingga tiap-tiap kegiatan itu akan terarah ke satu tujuan.
Dengan pembagian kerja kegiatan bawahan dapat tertuju pada satu arah, karena dengan adanya pembagian tugas, dapat dihindari kesimpangsiuran tugas, sehingga setiap orang tahu apa yang menjadi tugasnya, dan mereka akan berusaha melaksanakn tugas itu dengan sebaik-baiknya, sehingga tiap-tiap kegiatan itu akan terarah ke satu tujuan.
2. manajer dan
bawahan (rantai perintah )
Manajer dan bawahan atau rantai
perintah.Rantai perintah menunjukkan hubungan wewenang tanggung jawab yang
menghubungkan tasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi.Aliran ini dimulai
dar jenjangorganisasi tertinggi sampai karyawan terendahdalam organisasi
Oleh Karena itu, setiap anggota organisasi
mempunyaisuatu kaitan dengan manajer puncak organisasi.Dalam hal iniprinsip
kesatuan perintah harus jelas, dimana setiap karyawan menerimamenerimatugas dan
pelimpahan wewenang hanya dari seorang manajer dan melaporkan pertanggung
jawaban juga hanya kepada seorang manajer.
Rantai Perintah
Kekurangan
atau kelemahan utama bagan adalah masih banyak hal – hal yang tidak jelas atau
tidak ditunjukan. Sebagai contoh, tidak menunjukan seberapa besar tingkat
wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajerial. Bagan juga tidak
menunjukan hubungan – hubungan informal dan saluran komunkasi, dimana
organisasi tidak dapat berfungsi secera efisien tanpa hal – hal itu.
3.
Tipe pekerjaan yang dilakuaakaan .
Kelompok-kelompok kerja formal organisasi, tipe-tipenya
:
1.
Kesatuan
tugas khusus (task force), dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas
khusus.
2.
Panitia
tetap (standing commiters)dan panitia Ad hoc, dibentuk untuk mengkoordinasikan
dan mempertukarkan informasi, member saran manajemen puncak, atau bahkan
membuat keputusan-keputusan sendiri.
3.
Dewan
atau komisi.
Kelompok-kelompok organisasi informal, memainkan
peranan-penting dalam dinamika perilaku organisasi. Muncul tak terhindarkan
kapan saja orang-orang bergabung bersama dan berinteraksi dalam
pengelompokan-pengelompokan social.
4.
pengelompokan
segmen-segmen pekerjaan (departementasi).
Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan.keseluruhan anggota
menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi dasar
fungsionalatau divisional, atau lainnya (departemantialisasi).
4.Tingkatan manajemen
Tingkatan
manajemen Suatu bagian tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan tetapi juga
keseluruhan hirarki manajemen.
Seberapa luas tingkat spesialisai
kerja dalam organisasi dapat diperkirakan dengan membaca label-label yang yang
menunjukkan pekerjaan yang berbeda dan bagaimana tugas-tugas dikelompokkan.Garis
menunjukkan rantai perintah yang merupakan aspek kunci koordinasi dalam setiap
organisasi.Bagan juga dapat menunjukkan besarnya (size) dari organisasi, tetapi
tanpa informasi tambahan akan menimbulkan gambaran yang tidak jelas.
Keuntungan dan kelemahan bagan
organisasi telah menjadi subyek perdebatan cukup lama di antara para penulis
manajemen. Salah satu keuntungan adalah bahwa kariawan dan lain – lain diberi
gambaran bagaimana organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tanggung jawab digambarkan
dengan jelas. Bila seseorang dibutuhkan untuk menangani suatu masalah khusus,
bagan menunjukan tempat dimana orang itu dapat ditemukan. Proses pembuatan
bagan juga memungkinkan manajer mengetahui dengan tepat kelemahan – kelemahan
organisasi, seperti sumber – sumber potensial terjadinya konflik atau bidang –
bidang dimana duplikasi yang tidak diperlukan terjadi.
E.
DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah pengelompokan
pekerjaan menjadi departemen aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan.,
oleh karena itu merupakan hasil keputusan manajer tentantg aktivitas tadi
dibagi-bagi menjadi tugas atau secara jelasnya adalah Proses pengelompokkan dan
penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
Sebagai
contoh, untuk bisnis restoran : pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada
bagian dapur, hingga pengiriman makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di
meja makan dapat dikelompokkan menjadi
satu departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan
Ada
beberapa cara dimana organisasi dapat mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang
bermacam-macam untuk dilaksanakan. Sekali lagi, proses penentuan cara bagaimana
kegiatan-kegiatan dikelompokkan disebut departementalisasi atau departementasi.
F.MACAM –MACAM DEPAETEMENTASI
1.
Fungsi:
pemasaran, akuntansi, produksi, atau keuangan.
2.
Produk
atau jasa: divisi mesin cuci, lemari es, televisi, atau radio.
3.
Wilayah:
divisi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Indonesia Timur dan Operasi
Internasional.
4.
Langganan:
penjualan industri, pedagang eceran, pemerintah, milier atau konsumen.
5.
Proses
atau peralatan: departemen pemotongan, kelompok perakitan, bagian pembungkusan
atau bagian finishing.
6.
Waktu:
kelompok kerja bisa dibagi menjadi shift pertama, shift kedua, shift ketiga.
7.
Pelayanan:
bisa mencerminkan kelas bisnis, kelas ekonomi, dan kelas turis dalam pelayanan
di pesawat terbang.
8.
Alpha-numerical:
bisa digunakan pada pelayanan telepon dimana,misal nomer 00000 – 50000
ditempatkan dalam satu departemen dan nomer 50001 – 99999 dalam departemen
lain.
9.
Proyek
dan Matriks: digunakan oleh perusahaan – perusahaan konstruksi dengan teknologi
tinggi, perusahaan konsultan atau orientasi energi.
Dalam hal,
hampir semua organisasi menggunakan lebih dari satu pendekatan dalam
pengelompokan kegiatan – kegiatannya. Bahkan dalam organisasi yang besar
mungkin dijumpai empat, lima, atau enam pendekatan digunakan bersama sebagai
dasar departementalisasi.
Ø Departementalisasi ini dapat di
rangkum menjadi tiga struktur departemen yaitu :
1.Departementalisasi Fungsional
Departementalisasi Fungsional
mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk
membentuk suatu satuan organisasi. Semua individu yang melaksanakan fungsi yang
sama dikelompokan bersama, seperti seluruh personalia penjualan, akuntansi,
programmer komputer, ddan sebagainya.
Organisasi fungsional ini barangkali
merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. Gambar
3.2, menunjukaan departementalisasi fungsional yang dapat digunakan pada
tingkatan manajemen puncak dalam membagi empat fungsi utama bisnis – produksi,
keuangan, dan personalia (kepegawaian).
Kebaikan pendekatan fungsional.
Kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi – fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan memungkinkan pengawasan
manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi – fungsi. Pendekatan ini cocok
untuk lingkungan yang stabil serta memerlukan koordinasi internal yang minimum,
membutuhkan lebih sedikit ketrampilan – ketrampilan dasar pribadi, dan
meminimumkan duplikasi personalia dan peralatan dari segi biaya.
Kelemahan struktur fungsional.
Bagaimanapun juga, pendekatan fungsional mempunyai berbagai kelemahan. Struktur
fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi – fungsi, menyebabkan
kemacetan – kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan tanggapan
yang lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada kepentingan tugas –
tugasnya, dan menyebabkan para anggota. Berpandangan lebih sempit serta kurang
inovatif.
Koordinasi antara dan diantara
fungsi – fungsi menjadi kompleks dan lebih sulit sejalan dengan pertumbuhan
organisasi. Tanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan kegiatan berhenti hanya
pada sampai puncak.
2.Departementalisasi
Divisional
Banyak perusahaan besar, dengan
banyak jenis produk, diorganisasikan menurut struktur organisasi divisional.
Bila departementalisasi perusahaan menjadi terlalu kompleksdan tidak praktis
bagi struktur fungsional, manajer perlu membentuk divisi – divisi semi otonomi,
dimana setiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
Organisasi divisional dapat
mengikuti pembagian divisi – divisi atas dasar produk, wilayah (geografis),
langganan, dan proses atau peralatan.
1.Struktur organisasi divisional
atas produk.
Setiap
departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang
berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logik yang dapat
diikuti bila jenis – jenis produk mempunyai teknologi pemprosesan dan metoda –
metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi
(lihat gambar 3.3). Dalam gambar terlihat bahwa perusahaan diorganisasikan atas
dasar produk pada tingkat manajer umum, dan pada tingkat selanjutnya
menggunakan pendekatan fungsional.
2.Stuktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Departementalisasi
wilayah, kadang – kadang juga disebut departementalisasi daerah, regional atau
geografis, adalah pengelompokan kegiatan – kegiatan menurut tempat dimana
operasi berlokasi atau dimana satuan – satuan organisasi menjalankan usahanya.
Faktor – faktor lokasi yang terutaman menjadi pertimbangan adalah sumber bahan
mentah, pasar, dan tenaga kerja. Perusahan yang menjual produknya diberbagai
wilayah yang tersebar luas, dapat membaginya menjadi kelompok – kelompok
wilayah dengan manjer tersendiri (area manajer) untuk setiap wilayah.
Perusahaan – perusahaan jasa, perbankan, dan perusahaan – perusahaan bukan
manufacturing lainnya lazim diorganisasikan atas dasar wilayah, dengan membuka
kantor – kantor cabang.
3.Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.
Departementalisasi
langganan adalah pengelompokan kegiatan – kegiatan yang dipusatkan pada
penggunaan produk atau jasa tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika
mungkin mempunyai divisi – divisi yang terpisah untuk langganan.
4.Stuktur organisasi divisional atass dasar
proses atau peralatan.
Departementalisasi
proses atau peralatan adalah pengelompokan kegiatan atas dasar proses atau
peralatan produksi. Hal ini sering dijumpai dalam departemen produksi.kegiatan
– kegiatan suatu pabrik manufacturing dapat dikelompokan menjadi departemen –
departemen pemboran, penggilingan penggergajian perakitan dan penyelesaian
terakhir. Tipe departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila mesin – mesin
atau peralatan – peralatan yang digunakan memerlukan keterampilan –
keterampilan pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis bila kapasitas
digunakan sepenuhnya. Pendekatan proses atau peralatan terutama ditentukan atas
dasar pertimbangan ekonomis.
Tidak
seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai perusahaan yang
terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan perhatiannya pada operasional
divisinya, bertanggung jawab atas laba rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan
satuan – satuan lainnya dalam perusahaan yang terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer
divisi tidak dapat membuat keputusan – keputusan sebebas pemilik perusahaan
terpisah, karena dia masih harus melaporkan kegiatan nya kepada direktur pusat.
Sebagai pedoman umum, wewenang kepala divisi terbatas bila keputusan –
keputusannya akan mempengaruhi kegiatan divisi – divisi lain.
Kebaikan
struktur divisional. Organisasi atas dasar divisi mempunyai beberapa kebaikan.
Karena semua kegiatan, keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk
memproduksi dan memasarkan produk dikelompokkan menjadi satu di bawah seorang
kepala, keseluruhan pekerjaan dapat lebih mudah dikoordinasikan dan prestasi
kerja yang tinggi terpelihara. Di samping itu, baik kualitas dan kecepatan
pembuatan keputusan meningkat, karena keputusan – keputusan yang dibuat pada tingkat
divisi dekat dengan kancah kegiatan.
3.Departementalisasi Organisasi
Matrix / Matriks
Bentut organisasi matriks marupakan
gabungan dari departementalisasi menurut fungsional dan departementalisasi
menurut proyek. Seorang pegawai dapat memiliki dua posisi baik secara fungsi
maupun proyek sehingga otomatis akan memiliki dua atasan / komando ganda.
Proyek biasanya diadakan secara tidak menentu dan sifatnya tidak tetap.
G.RENTANG MANAJEMEN (SPAN OF
MANAGEMENT)
Prinsip
rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan
secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan
koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah
rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif
Ø Penentuan rentang yang tepat
Rentang manajemen mempengaruhi penggunaan
efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka. Jika
terlalu banyak anak buah maka ,anak buah akan semakin kurang terkontrol dan
kurang arahan. Kalau terlalu sedikit
maka ,manajer yang kurang dimanfaatkan tenaganya dan para bawahan terlalu
diawasi.
Ada hubungan antara rentang manajemen di
seluruh organisasi dan struktur organisasi Jika rentang terlalu sempit, yaitu
anak buahnya sedikit, maka organisasi jadi terlalu tinggi dan berjenjang
sehingga efiktifitas manajer ditiap tingkatan akan terpengaruh.
Jika anak buah merasa frustasi dan ada
kecurangan maka dapat disimpulkan bahwa rentang organisasi terlalu lebar, jadi
tak effisien dan banyak tenaga yang tak termanfaatkan dengan baik.
Ø Pendekatan Graicunas
Dalam memilih suatu rentangan,
manajer harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan satu dengan satu secara
langsung dengan bawahan yang diawasi tetapi juga hubungan mereka dengan bawahan
dalam kelompok dua atau lebih.
Ø Pilihan dalam meningkatkan jumlah
karyawan
·
Rentang
manajemen naik
·
Hirarki
tingkatan manajemen naik
·
Kombinasi
keduanya
Ø Menurut Lockheed‘s tujuh faktor yang
mempengaruhi manajer dalam penentuan rentang manajemen adalah :
a. Kesamaan fungsi diawasi: sejauh mana
fungsi atau tugas bawahan yang manajer bertanggung jawab adalah sama atau
berbeda.
b. Kedekatan geografis fungsi diawasi:
seberapa dekat terletak kepada pengelola fungsi atau bawahan.
c. Kompleksitas fungsi diawasi: sifat
fungsi atau tugas yang bertanggung jawab manajer.
d. Arah dan kontrol yang diperlukan
oleh bawahan: derajat pengawasan yang dibutuhkan bawahan.
e. Koordinasi yang diperlukan pengawas:
sejauh mana manajer harus mencoba untuk mengintegrasikan fungsi atau tugas
dalam subunit atau di antara subunitdan bagian lain dari organisasi.
f. Perencanaan yang diperlukan
pengawas: sejauh mana manajer harus meninjau program dan kegiatan subunit nya.
g. Bantuan pada atasan atas adanya
organisasi : berapa banyak membantu dalam hal asisten dan personil pendukung
dapat diandalkan manajer.
Ø Kelemahan jumlah bawahan yang luas
adalah :
1)
Fungsi
pengawasan terhadap bawahan sukar dilaksanakan .
2)
Kemajuan
setiap bawahan sukar diikuti .
3)
Waktu
kerja pimpinan akan habis pekerjaan rutin mengawasi bawahannya ,sehingga tidak
ada waktu lagi untuk memikirkan pengambilan organisasi .
4)
Pimpinana
akan menjumpai kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan bawahannya .
Ø Faktor-faktor yang harus di
perhitungkan dalam menetapkan rentang manjeman yaitu:
a. Mudah , sukarnya pekerjaan bawahan
yang harus di awasi.
Makin sulit pekerjaan ,sebaiknya
makin sedikit jumlah bawahan yang harus di awasi .
b. Kesetabilan proses produksi .
Apabila proses produksi stabil maka
dapat lebih banyak bawahan yang di awasi
c. Kemampuan bawahan yang diawasi .
Apabila bawahan mempunyai kemampuan
kerja yang baik makajumlah bawahan yang di awasi dapat lebih banyak lagi .
d. Pekerjaan utama atasan .
Jika atasan memiliki pekerjaan utama
yang banyak , sebaiknya jumlah bawahan yang diawasinya sedikit saja .
e. Biaya pengawasan .
Apabila biaya pengawasan mahal maka
jumlah bawahan yang di awasi , sebaiknya di tentukan jumlah yang sedikit .
H.
RUMUS PENGHITUNGAN JUMLAH HUBUNGAN .
Menurut
V.A Griunas ,banyak sedikitnya jumlah bawahan yang diawasi akan menentukan
jumlah hubungan yang akan timbul antara atasan dan bawahan .
Bagaimana menghitung jumlah hubungan
yang timbul antara atasan dan bawahan ini ?
Jumlah
hubungan itu dapat di hitung dengan rumus :
Ht
= n(2n + n 1).
Ht
= jumlah hubungan .
N
= jumlah bawahan .
Jadi kalau seorang pemimpin memiliki
jumlah bawahan 3 orang , maka jumlah hubungan yang akan timbul adalah sejumlaah
18.
Dalam
praktek jumlah hubungan menurut Griunas ini tidak selalu terjadi sebab jumlah
hubungan dalaam praktek tidak selau sama dalam hal frekuensi dan intensitasnya .
I
.MACAM – MACAM SIFAT HUBUNGAN DALAM ORGANISASI .
1)
Hubungan Garis.
Hubungan Garis adalah tipe
organisasi yang tertua dan paling sederhana. Dalam organisasi garis,
tugas-tugas perencanaan, pengendalian dan pengawasan berada satu tangan garis
kewenangan (line authority) langsung dari pimpinan kepada bawahan.
2) Hubungan Staf.
Hubungan staf pada umumnya digunakan
untuk organsasi yang besar. Daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang
tugas yang beraneka ragam serta rumit.
3) Organisasi Fungsi.
Pada umumnya yang dimaksud dengan
organisasi fungsi adalah yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi
yang harus dilaksanakan.
4)
Hubungan rateral (rateral relations )
Contonya bagian marketing
berhubungan dengan bagian produksi untuk merundingkan barang apa yang akan di
hasil kan .
J.BENTUK
ORGANISASI .
- Organisasi Garis (Line Organization)
- Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)
- Organisasi Fungsional (Functional Organization)
- Organisasi Panitia (Commit Organization)
1) Organisasi Garis
Organisasi Garis adalah tipe organisasi yang tertua dan
paling sederhana. Dalam organisasi garis, tugas-tugas perencanaan, pengendalian
dan pengawasan berada satu tangan garis kewenangan (line authority) langsung
dari pimpinan kepada bawahan. Bentuk organisasi diciptakan oleh Henry Fayol
Ciri-ciri organisasi garis adalah:
- Tujuan organisasi masih sederhana
- Organisasinya kecil
- Jumlah karyawannya sedikit
- Pemimpin dan semua karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari kerja
- Hubungan antara pimpinan dan karyawan bersifat langsung
- Tingkat spesialisasi begitu juga alat-alat yang diperlukan tidak begitu tinggi dan tidak beraneka ragam
2)Organisasi Garis dan Staf
Tipe organisasi
garis dan staf pada umumnya digunakan untuk organsasi yang besar. Daerah
kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta
rumit. Bentuk ini diciptakan oleh Harrington Emerson.
Ciri-ciri organisasi garis dan staf adalah:
Ciri-ciri organisasi garis dan staf adalah:
- Organisasinya besar dan bersifat kompleks
- Jumlah karyawan banyak
- Daerah kerjanya luas
- Hubungan kerja yang bersifat langsung tidak mungkin lagi
- Pimpinan begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal
- Spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan digunakan secara maksimal
Ø Terdapat tiga komponen utama yaitu:
- Pimpinan : yang mengendalikan dan bertanggung jawab atas kelancaran organisasi dalam arti menentukan tujuan, menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.
- Pembantu pimpinan atau staf : yaitu yang membantu pimpinan dalam perencanaan dan pengendalian. Pada organisasi garis dan staf yang besar, staf terdiri dari dua kelompok, yaitu:
- Staf koordinasi atau biasa disebut "staf umum", yaitu kelompok staf yang membantu pemimpin dalam perencanaan dan pengawasan serta setiap saat memberikan nasihat-nasihat kepada pemimpin, diminta atau tidak diminta.
- Staf teknik atau biasa juga disebut "staf khusus", yaitu kelompok staf memberikan pelayanan atau jasa-jasa kepada komponen pelaksana untuk pelaksanaan tugasnya.
- Pelaksana : yaitu komponen organisasi yang melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan dari atas.
- Dalam organisasi garis dan staf, secara formal yang berhak memberikan perintah hanyalah pemimpin, sedangkan staf hanyalah sebagai pembantu pimpinan dengan tugas perencanaan, memberikan nasihat, dan lain-lain yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar yang mempunyai ruang lingkup tugas yang luas, beraneka ragam, dan kompleks, tidak mungkin lagi bagi seorang pemimpin mendelegasikan beberapa wewenangnya kepada staf sesuai dengan bidang masing-masing. Dalam hal demikian staf menandatangani keputusan, perintah, instruksi, dan lain-lain atas nama pimpinan.
3)Organisasi Fungsional
Pada umumnya yang dimaksud dengan
organisasi fungsional adalah yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam
fungsi yang harus dilaksanakan.
Ciri-ciri organisasi fungsional antara lain adalah:
Ciri-ciri organisasi fungsional antara lain adalah:
- Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan
- Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi terutama pada tingkat pelaksanaan bawahan karena bidang tugasnya sudah tegas dan jelas digariskan. Dalam organisasi fungsional, koordinasi dititikberatkan pada eselon atasan
- Pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas
- Para direktur mempunyai
wewenang komando terhadap unit-unit yang berada dibawahnya atas namanya sendiri,
tidak perlu atas nama direktur utama.Organisasi fungsional pada umumnya
digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang pembidang tugasnya dapat
digriskan secara tegas, umpamanya unit produksi, unit pemasaran, unit
keuangan, dan lain-lain yang walaupun saling bersangkut-paut namun bidang
kegiatannya jelas berbeda. Bentuk ini dikembangkan oleh FW Taylor.
4)Organisasi
Panitia
Tipe organisasi panitia pada umumnya dibentuk dalam waktu yang
terbatas untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu,
Ø Ciri-ciri organisasi panitia antara lain adalah:
- Tugasnya tertentu dan jangka waktu berlakunya terbatas
- Seluruh unsur pimpinan duduk dalam panitia baik sebagai ketua maupun sebagai anggota
- Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif, oleh sebab itu tanggung jawabpun secara kolektif pula
- Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang pada umumnya sama
- Para pelaksana dikelompokkan menurut bidang dan tugas tertentun yang harus dilaksanakan dalam bentuk tugas (task force)
5) organisasi matrik.
Cirinya adalah dalam organisasi itu terjadi kontak
koordinasi antar bagian yang ada dalam organisasi.
6) organisasi prroyek dan lain –lain .
Cirinya
adalah apabila tujuan proyaek sedah selesai ,maka organisasi akan segera di
bubarkan.
Ø Macam- macam bentuk organisasi dalam sudut formalitas .
·
Organisasi Formal
Organisasi formal adalah
kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan
bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan
terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
a.
Memiliki suatu struktur yang terumuskan baik
b.
Yang menerangkan hubungan
c.
hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan
tanggung jawabnya, bagaimana bentuk saluran-saluran
d.
melalui apa komunikasi berlangsung.
e.
Menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi
masing-masing anggotanya.
·
Organisasi Informal
a.
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak
disadari.
b.
sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi
anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan
tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
c.
Munculnya biasanya dikarenakan adanya sekelompok orang
yang memiliki kebutuhan yang sama.
Contoh: makan malam bersama
·
Sifat Organisasi Informal
1. Hubungan Didalamnya lebih
bersifat spontan dan tidak teroganisasi
2. Tidak terdapat Pemimpin
3. Tidak bertitik tolak pada
pengendalian Manajemen
·
Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
·
Organisasi Primer:
1.menuntut
keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya.
2.Berlandaskan ekspektasi timbal balik, bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak
2.Berlandaskan ekspektasi timbal balik, bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak
Contoh;
keluarga
·
Pembagian Organisasi Informal Menurut Hicks
·
Organisasi Sekunder, memuat hubungan yang
bersifat
1.intelektual,
2.rasional,dan
3.kontraktual.
·
Tidakber tujuan memberikan kepuasan batiniah
·
Memiliki anggota karena dapat menyediakan
alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya.
·
Contoh: kontrak kerjasama antara majikan – calon
karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran
gajinya
·
JenisKelompok Informal
a) Horizontal
Cliques
Yaitu
kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada
tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama.
·
b) Vertical Cliques
Yaitu
kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada
tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama
c) Random Cliques
c) Random Cliques
Yaitu
kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal
dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
komitmen organisasi diantaranya adalah kejujuran dalam pekerjaan, perhatian,
kepedulian dan kepercayaan terhadap karyawan, perbedaan karakteristik individu
(usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, karakteristik yang
berhubungan dengan pekerjaan, karakteristik struktural (formalitas,
desentralisasi), pengalaman dalam kerja, kepercayaan dan penerimaan yang penuh
atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, keinginan bekerja keras demi
kepentingan organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap
menjadi anggota organisasi.
Dan
bahwa aspek-aspek komitmen organisasi meliputi kemauan yang kuat untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi yang ditandai dengan kesetiaan
pada organisasi atau perusahaan, kemampuan yang kuat berusaha semaksimal
mungkin demi kemajuan dengan ikut mendukung kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan sasaran organisasi serta adanya penerimaan nilai, tujuan dan sasaran
organisasi. Aspek-aspek yang akan dijadikan alat ukur adalah perasaan manunggal
dengan organisasi, perasaan terlibat pada organisasi, dan perasaan setia dan
loyal pada perusahaan.
B. Saran
Mengingat pentingnya
pengorganisasian maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan dipahami
sebaik-baiknya. Setelah mamahami pengorganisasian maka sebaiknya diterapkan
dalam bentuk actual di lapangan. Dan untuk para pemimpin sebaiknya harus mengetahui semua hal yang
menyangkut tentang organisasi baik secara individu mau kelompok.
Daftar Pustaka
Syani,
Abdul. 2009. Pengorganisasian. Google doc
Bowo Arief,
2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu buana : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar