MAKALAH BIAYA PENGGUNAAN MODAL
(COST OF CAPITAL)
Disusun Sebagai Persyaratan Tugas Manajemen
keuangan II
Dosen : Drs.Mohammad Masruri.SE,MM
Disusun oleh Kelompok 5 :
1.
Muh
Bagus Maulana (201511100)
2.
Hapsari
Hayuningtyas (201511109)
3. Wita Marliana (201511123)
4.
Putri
Haniatun Nafisa (201511149)
5. Abu Dzar Al Ghifary (201511167)
6. Elly Sulistyowati (201511182)
7.
Tri
Wahyu Rudiyanto (201511184)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “MAKALAH BIAYA PENGGUNAAN MODAL (COST
OF CAPITAL)“ pada mata kuliah Manajemen keuangan II. Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan
hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu
berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara yang tidak
semestinya dan bisa berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelaapan ke
zaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai
pihak-pihak yang telah membantu saya memberikan referensi dalam pembuatan
makalah ini. Terutama kepada search engine google yang ikut berperan besar
dalam pembuatan makalah ini.
Saya dapat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat menghargai
akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian
yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Kudus
, 10 Oktober 2017
(kelompok 5)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ada tiga hal yang menjadikan biaya
modal sebagai materi pembahasan yang penting:
Ø Pertama, keputusan penganggaran
modal berakibat besar pada perusahaan sedangkan penganggaran yang tepat
memerlukan prkiraan biaya modal
Ø kedua, struktur keuangan
mempengaruhi tingkat resiko dan besarnya arus pendapatan Pengetahuan tentang
biaya modal dan bagaimana biaya ini diperngaruhi oleh leverage keuangan, akan
berguna dalam pengambilan keputusan dibidang struktur modal
Ø ketiga, sejumlah keputusanseperti
leasing, pendanaan kembali, obligasi dan kebijaksanaan modal kerja, semuanya
memerlukan perkiraan biaya modal.
Selain itu
biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat
menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diperoleh dari investasi
tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi
sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu
dilakukan lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan
dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya
modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate" yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat
risiko tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan biaya modal ( cost of capital )?
2. Apa yang di maksud dengan biaya
penggunaan dana dari berebagai sumber dana secara individuil ?
3. Apa yg di maksud dengan biaya
penggunaan modal secara keseluruhan ?
4. Apa fungsi biaya modal dalam
penggunaan berbagai metode pemilihan investasi ?
C.
Tujuan perumusan masalah
1. Menggetahui apa yang di maksud dengan biaya modal ( cost of capital ).
2. Mengetahui apa yang di maksud dengan
biaya penggunaan dana dari berebagai sumber dana secara individuil .
3. Mengetahui apa yg di maksud dengan
biaya penggunaan modal secara keseluruhan .
4. Mengetahui apa fungsi biaya modal
dalam penggunaan berbagai metode pemilihan investasi .
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Biaya
Biaya
adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi,
yang dinyatakan dengan satuan uang
menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.
Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak
terlihat secara langsung, misalnya biaya
kesempatan dan penyusutan
barang modal.
Menurut Supriyono
(2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan.
Menurut Henry
Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat
ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
Menurut Mulyadi
(2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Masiyah
Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas
yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.
B. Pengertian Modal
Modal
memiliki cukup banyak pengertian juga dengan jenis-jenisnya. Dengan mengetahui
pengertian dan jenis-jenis modal, diharapkan aktifitas perusahaan anda akan
berjalan dengan maksimal. Modal adalah hal yang sangat vital bagi sebuah
perusahaan. Tidak hanya perusahaan besar, perusahaan skala kecil pun memiliki
keharusan untuk memiliki modal. Namun apakah anda sudah mengerti dengan jelas
apakah pengertian dari modal serta jenis-jenisnya? Pengetahuan tentang
pengertian modal dan jenis-jenis modal sangat penting agar perusahaan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Dari sisi
pengertian, Modal memiliki banyak pengertian yang bisa dijadikan acuan. Salah
satunya adalah pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menerangkan
bahwa Modal adalah: “Barang yang biasa digunakan sebagai sebuah dasaran atau
bahan sebuah pekerjaan.“ Sesuai penjelasan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) ini anda akan mengetahui bahwa modal bersifat umum dan tidak terikat
hanya kepada uang tapi juga barang bahkan tenaga yang bisa digunakan untuk
melakukan sebuah pekerjaan. (Baca juga: Cara membuat jurnal penyesuaian
perusahaan jasa)
selain
penjelasan dari KBBI diatas, para ahli juga memiliki penjelasan dan pengertian
tersendiri tentang modal. Beberapa ahli yang menerangkan tentang modal adalah:
Menurut
Bambang Riyanto menjelaskan pengertian modal sebagai hasil dari sebuah proses
produksi yang dapat digunakan kembali sehingga proses produksi dapat berjalan
kembali. Bambang Riyanto sendiri merupakan seorang penulis buku Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan yang membahas tentang manajemen keuangan sebuah perusahaan.
Berbeda
dengan pendapat Bambang Riyanto, Lawrence J.Gitman yang sudah menulis buku
berjudul Fundamental of Investing (1996) dan Principles of Manegerial Finance
(2000), menjelaskan pengertian modal sebagai pinjaman untuk jangka waktu yang
panjang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
Berbeda dari
Lawrence dan Bambang, Munawir menjelaskan pengertian modal secara berbeda.
Menurutnya, modal adalah kekayaan sebuah perusahaan. Kekayaan ini, menurutnya,
dibagi menjadi kekayaan yang berasal dari luar perusahaan ataupun disetor dan
kekayaan hasil aktifitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Biaya Penggunaan Modal "Cost Of Capital"
Konsep "Cost of Capital"
(Biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang sangat penting
dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan
besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk
memperoleh dana dari suatu sumber. Kebanyakan orang menganggap bahwa biaya
penggunaan utang adalah sebesar tingkat bunga yang ditetapkan dalam kontrak
(contractual interest). Hal ini benar kalau jumlah uang yang diterima sama
besarnya dengan jumlah nominal utangnya Tetapi sering terjadi bahwa jumlah uang
yang diterima itu lebih kecil daripada jumlah nominal utangnya. Dalam hal yang
demikian biaya penggunaan utang yang secara riil harus ditanggung oleh
penerimaan kredit atau "harga kreditnya" (cost of debt) adalah lebih
besar daripada tingkat bunga menurut kontrak.
Demikian pula kalau kita memenuhi
kebutuhan dana dengan mengeluarkan saham preferen. Dalam hal jumlah hasil
penjualan saham preferen lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya
penggunaan modal dari saham preferen atau biaya saham preferen (Cost of preferred
stock) adalah lebih besar daripada tingkat dividen yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kalau perusahaan menggunakan dana yang
berasal dari laba ditahan (retained earning) haruslah disadari bahwa itupun ada
biayanya, yaitu sebesar "rate of return" (tingkat pendapatan
investasi) yang diharapkan diterima oleh para investor kalau mereka
menginvestasikan sendiri atau "rate of return" yang diharapkan
diterima dari saham (expected rate of return on the stock). Biaya penggunaan
modal yang berasal dari laba ditahan disebut "Cost of retained
earning". Dengan demikian konsep Cost of capital tersebut dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari
masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata
(average cost of capital) dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam
perusahaan yang ini merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan (the
firm's cost of capital). Biaya penggunaan modal yang dimaksudkan di sini adalah
biaya modal yang sifatnya ”explicit". Biaya penggunaan modal yang explicit
dari suatu sumber dana adalah sama dengan "discount rate" yang dapat
menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana neto yang diterima
perusahaan dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana
yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya.
Pembayaran atau "out flows" itu ialah dalam betuknya pembayaran
bunga, pembayaran utang pokok atau "principal", atau dividen.
Perhitungan biaya penggunaan modal dapat
didasarkan atas perhitungan sebelum pajak (before tax) atau perhitungan sesudah
pajak (after tax). Pada umumnya digunakan perhitungan atas dasar sesudah pajak
(after tax basis). Biaya modal rata-rata (average cost of capital) biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usul
investasi, yaitu dengan membandingkan "rate of return" dari usul
investasi tersebut dengan "cost of capital"nya. Oleh karena
perhitungan "rate of return" didasarkan atas dasar sesudah pajak,
maka sewajarnya kalau pembandingnya juga diperhitungk n a dasar sesudah pajak.
Dalam perhitungan "cost of capital" selanjutnya akan didasarkan atas
perhitungan sesudah pajak (after tax basis).
B.
Biaya
Penggunaan Dana Dari Berbagai Sumber Dana Secara Individuil
1. Biaya
Penggunaan Dana yang Berasal Dari Utang Jangka Pendek
Pada dasarnya utang jangka pendek
terdiri dari utang perniagaan (trade accounts payable), utang wesel dan kredit
jangka pendek dari Bank. Biava kredit perniagaan (trade credit) adalah
explicit.
Kalau
kita gagal membayar tepat pada waktunya, kita kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan "cash discount". Kalau suatu perusahaan biasanya
kehilangan kesempatan mendapatkan "cash discount" selama setahun.
biaya "explicit"-nya dari kredit perniagaan tersebut dapat dihitung
dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah rata-rata utang
pern agaannya selama setahun.
Contoh
;
Misalkan
cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp5.000,00 dan utang
perniagaan rata-rata sebesar Rp50.000.00 maka biaya kredit perniagaan yang
eksplisit sebelum pajak adalah sebesar
=10 %
Biaya
ini adalah “tax-deductible expense", karena bunga modal diperhitungkan
dari jumlah keuntungan sebelum terkena beban pajak, sehingga dengan adanya
beban bunga, maka beban keuntungan yang terkena pajak menjadi lebih kecil.
Biaya penggunaan utang sesudah pajak (after-tax cost of debt) dapat dihitung
dengan cara-sebagai berikut:
Biaya
utang sesudah pajak : biaya utang sebelum pajak ;( (1,0 -' tingkat pajak).
Misalkan
tingkat pajak penghasilan (tax rate) 40%, maka biaya utang sesudah pajaknya
dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya
sesudah pajak : (0,10) x (1,0 0,4) : (0,10) (0,60) : 6%.
Perusahaan
yang dilola dengan baik pada umumnya selalu membayar kredit perniagaan dalam
periode "discount" sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan dari
adanya "cash discount" tersebut, yang ini berarti bahwa perusahaan
tidak pernah mempunyai beban yang bersifat explicit.
Urang
wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari harga nominalnya. Adalah
penting di sini untuk mengkaitkan bunga yang dibayar dengan jumlah uang yang
diterima atau tersedia untuk digunakan (dana yang efektif dapat digunakan).
Untuk
kredit jangka pendek biasanya Bank langsung memotong bunganya di muka dari
jumlah utang yang diberikan sehingga penerima kredit menerima jumlah uang yang
lebih kecil dari utang nominalnya.
Contoh
;
Misalnya
kita mengadakan utang wesel dengan nominal Rp100.000,00 dengan bunga 15% per
tahun dengan umur satu tahun. Dalam hal ini kita hanya menerima uang sebesar
Rp85.000,00 (yaitu Rp100.000,00 minus bunga Rp15.000). Dengan demikian tingkat
bunga yang sebenarnya sebelum pajak adalah sebesar .
Kalau
tingkat pajak 40%, maka biaya sesudah pajaknya adalah 17,65%{1,0 - 0, 4)
= 17.65% (O.60)-10.50%.
Prnsip
ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan utang dari kredit jangka
pendek yang di berikan oleh Bank.
Contoh
;
Misalnya
suatu Bank akan memberikan kredit jangka pendek kepada suatu perusahaan sebesar
Rp1.000.000,00 dengan bunga 2% per bulan selama 8 bulan. Bank menetapkan syarat
bahwa aktiva yang dijadikan jaminan harus diasuransikan selama umurnya kredit,
misalnya besarnya premi asuransi tersebut sebesar Rp50.000,00. Jumlah
uang yang dibayarkan oleh Bank kepada perusahaan itu adalah sebesar
Rp1.000.000,00 -bunga selama 8 bulan + premi asuransi = Rp1.000.000,00
(Rp160.000,00 + Rp50.000,00) : Rp790.000,00. Beban yang sebenarnya ditanggung
oleh penerima kredit tersebut selama 8 bulan adalah Rp210.000,00 yaitu
Rpl60.000,00 + Rp50.000,00). Dengan demikian biaya kredit sebelum pajak
(before-tax cost of debt) selama 8 bulan
=
=
100% =26,582 %
Biaya
kredit sebelum pajak per bulan =
Miasal
tingkat pajak 50 % ,maka
Biaya
sesudah pajak =3,323% (1,0-0,5) = 1,6615% per bulannya .
2. Biaya
Penggunaan Modal yang Berasal Dari Utang Jangka Panjang
Dalam
perhitungan biaya penggunaan utang jangka panjang dan umumnya adalah dalam
bentuknya obligasi kitapun harus mengkaitkan jumlah dana neto yang diterima
dengan pengeluaran-pengeluaran kas karena penggunaan dana tersebut. Pada
dasarnya biaya pengguaan utang jangka panjang atau biaya penggunaan dana yang
berasal dari obligasi'(cost of bonds) dapat dihitung dengan menggunakan cara seperti
perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi yang dengan rumus
”shortcut” atau dengan menggunakan tabel present value.
Untuk
lebih jelasnya dapatlah diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh
;
Kita akan mengeluarkan obligasi dengan
harga nominal per lembar Rpl0.000.00 yang mempunyai umur lO tahun. Hasil
penjualan obligasi neto yang kita terima sebesar Rp9.700,00. Bunga atau coupon
obligasi per tahunnya 4%. Berapa besarnya biaya obligasi tersebut? (cost of
bonds).
a. Dengan
menggunakan rumus ”short cut" atau atas dasar kira-kira ( approximate
method)
Ada 4 langkah
perhitungan "cost of bonds" kalau menggunakan metode ini, yaitu:
1. Mengadakan
estimasi jumlah rata-rata dari dana yang tersedia bagi kita selama 10 tahun.
2. Menghitung
biaya rata-rata tahunan (average annual cost) dari penggunaan dana tersebut.
3. Menghitung
persentase biaya rata-rata tahunan dari jumlah dana rata-rata yang tersedia.
4. Menyesuaikan
biaya obligasi itu atas dasar sesudah pajak (after-tax basis).
Berdasarkan data
tersebut kita dapat menghitung cost of bonds dari contoh sebagai berikut;
1. Dana
rata-rata yang tersedia yang akan digunakan selama 10 tahun ada sebesar
2. Kita
harus memperhatikan biaya ekstra sebesar Rp300,00 yaitu selisih antara
dana-yang diterima (yang efektif dapat digunakan) dengan jumlah dana yang harus
dibayar kembali sesudah 10 tahun. Kalau biaya ekstra itu disebarkan secara
merata selama 10 kali pembayaran bunga, berarti bahwa biaya ekstra per tahun
sebesar Rp30,00 (yaitu
di
tambahkan pada bunga yang setiap tahun di bayar kan Dengan
demikian maka setiap tahun selama 16 tahun kita harus membayar beban sebesar
Rp400.00 (= 4% X Rp 10.000.00) plus Rp30,00 (biaya ekstra) sehingga berjumlah
Rp430.00 (average annual cost).
3. Menghitung
persentase biaya tahunan rata-rata dari jumlah dana rata rata yang tersedia
Biaya obligasi sebelum pajak :
Biaya
obligasi sebelum pajak ini dapat pula dihitung secara langsung dengan
menggunakan rumus perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi
seperti dalam contoh 11.1 (halaman 176).
4. Sebagai
langkah terakhir adalah menyesuaikan biaya obligasi sebelum pajak atas dasar
sesudah pajak. Apabila tingkat pajak 40%, maka: biaya sesudah pajak : 4,36%
(1,0- 0,4) = 2.62%.
b.
Dengan menggunakan tabel PV. atau metode
"accurate "
Dalam
hal ini kita mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari
pembayaran bunga tahunan sebesar Rp400,00 plus pembayaran akhir sebesar
Rpl0.000,00 sama dengan nilai sekarang dari penerimaan, yaitu sebesar
Rp9.700,00. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Kalau
kita menggunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk mengada' kan interpolasi maka
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tingkat
bunga 4%
Biaya
(bunga) tahunan selama 10 tahun =Rp400x8.11 =Rp3.244.00
Pembayaran
pinjaman pokok pada akhir
tahun ke 10 ...................... Rp10.000x0,676=Rp6.760,00
Rp
10.004.00
Tingkat
bunga 6%
Biaya
(bunga)tahunan selama 10 tahun =Rp400.00x7,360=Rp2.944.00
Pembayaran
pinjam pokok
Pada akhir tahun ke 10 =Rp10.000x0,558= Rp5,580,00
Rp8.524,00
|
Selisih bunga
|
Selisih PV
|
Selisish PV dari outflower dengan
inflower
|
|
4%
|
Rp 10.004,00
|
Rp 10.004,00
|
|
6%
|
Rp 8.524,00
|
Rp 9.700,00
|
Selisih
|
2%
|
Rp 1.480,00
|
Rp 304,00
|
r
=4% + 0,4% = 4,4%
Biaya
obligasi sebelum pajak = 4,4%
Biaya
obligasi sesudah pajak = 4,4% (1-0,4) = 2,64%
3. Biaya
Penggunaan Modal yang Berasal Dari Saham Preferen
Saham preferen mempunyai sifat campuran
antara Utang dan saham biasa. Mempunyai sifat sebagai utang, karena saham
preferen mengandung kewajiban yang tetap untuk mengadakan pembayaran secara
periodik, dan dalam likuidasi perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak
didahulukan sebelum pemegang saham biasa. Tidak seperti utang karena kegagalan
untuk membayar dividen saham preferen tidak mengakibatkan pembubaran
perusahaan. Saham preferen mengandung risiko yang lebih besar daripada
saham'biasa, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan utang. Biaya penggunaan
dana yang berasal dari penjualan saham preferen atau disingkat biaya saham
preferen (cost of preferred stock) dapat dihitung dengan membagi dividen per
lembar saham preferen (Dp) dengan harga neto (net price) yang diperoleh dari
penjualan selembar saham preferen baru (Pn)
Biaya saham referen =
Contoh
;
Misalkan suatu perusahaan mengeluarkan
saham preferen baru dengan nilai nominal Rp10.000,00 per lembar dengan dividen
sebesar Rp600,00. Hasil penjualan neto yang diterima dari saham preferen
tersebut sebesar Rp9.000.00.
Biaya
saham preferen (cost of preferred stock)
=
Biaya
saham preferen sebesar 6,67% ini sudah atas dasar sesudah pajak (after tax
cost) sehingga tidak perlu diadakan penyesuaian pajak. Dividen saham preferen
dibebankan dari keuntungan sesudah pajak. Lain'halnya dengan bunga pinjaman.
atau dengan kata lain diambilkan dari keuntungan sebelum pajak. sehingga perlu
diadakan penyesuaian pajak (tax-adjustment) untuk menentukan biaya utang
sesudah pajak (after tax-cost of debt).
4. Biaya
Penggunaan Modal yang Berasal Dari Laba yang Ditahan ( Cost of Retained
Earning)
Apabila kita akan menggunakan dana yang
berasal dari laba yang ditahan (retained earning), kita harus menyadari bahwa
penggunaan dana tersebutpun ada biayanya.
Sumber
dana ini seperti sumber-sumber dana lainnyapun harus diperhitungkan biayanya.
Seandainya sumber ini memang tanpa biaya lebih baik keuntungan tersebut
dikembalikan kepada pemiliknya, yaitu pemilik modal sendiri, sehingga mereka
mempunyai kesempatan untuk menggunakannya pada kesempatan investasi lainnya,
dan dari investasi tersebut dapat diperoleh tambahan keuntungan.
Besarnya
biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan (cost of retained earning)
adalah sebesar tingkat pendapatan investasi (rate of return) dalam saham yang
diharapkan diterima oleh para investor, atau dengan kata lain biayanya dianggap
sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.
Contoh ;
Misalkan
suatu perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp400,00 per lembar saham, dan
dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp200,00. Hasil new penjualan saham sebesar
Rp4.000,00 per lembamya. Keuntungan. Dividen dan harga saham mempunyai tingkat
pertumbuhan (rate of growth) sebesar 5% setahunnya. dan tingkat pertumbuhan ini
diharapkan akan berlangsung terus. Tingkat pendapatan investasi yang diharapkan
dalam saham sebesar
+
tingkat pertumbuhan yang di harapkan
Oleh
karena besarnya "Cost of Retained Earning" sebesar tingkat pandapatan
investasi yang diharapkan dalam saham. maka dalam contoh tersebut di atas
besarnya "Cost of Retained Earning" adalah sebesar 10%. Seperti
halnya pada saham preferen, biaya laba ditahan inipun atas dasar sesudah pajak,
sehingga tidak memerlukan penyesuaian pajak lagi.
5.
Biaya
Penggunaan Modal yang Berasal Dari Emisi Saham Biasa Baru
Biaya
penggunaan dana yang berasal dari emisi saham biasa baru atau disingkat
"biaya saham biasa baru" (cost of new common stock) adalah lebih
tinggi daripada biaya penggunaan dana yang berasal dari laba yang ditahan (cost
of retained earning) karena dalam emisi saham baru dibebani biaya emisi
(flotation/floating cost).
Biaya
penggunaan dana yang berasal dari emisi saham biasa baru dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Biaya saham biasa baru (cost of new common
stock) =
tingkat pendapatan investasi (rate of
return) yang diharapkan dari saham biasa
1-
persentase biaya emisi dihitung dari harga jual (sebelum dikurangi biaya
emisi).
Contoh
;
Suatu
perusahaan akan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per
lembarnya Rp4.000,00 Biaya emisi (floating cost) per lembarnya sebesar Rp400,00
sehingga hasil penjualan neto yang diterima sebesar Rp3.600,00 per lembarnya.
"Rate of return" atau tingkat pendapatan investasi yang diharapkan
dari Saham biasa tersebut sebesar 10%. Dari contoh tersebut biaya emisi adalah
sebesar
Berdasarkan
rumus tersebut di atas maka besarnya "cost of new common Stock" dapat
dihitung sebagai berikut:
Biaya
saham baru =
Seperti
halnya biaya saham preferen. biaya laba ditahan, biaya saham biasa baru inipun
sudah atas dasar sesudah pajak. sehingga tidak perlu ada penyesuaian pajak.
C.
Biaya
Penggunaan Modal Secara Keseluruhan (Over-all Cost of Capital)
Tingkat biaya penggunaan modal yang
harus diperhitungkan oleh perusa haan adalah tingkat biaya penggunaan modal
perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena biaya dari masing-masing sumber dana
itu berbeda-beda maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara
keseluruhan perlu menghitung "weighted average" dari berbagai sumber
dana tersebut.
Penetapan
bobot atau "weight" dapat didasarkan pada:
1.
Jumlah rupiah dari masing-masing komponen struktur modal.
2.
Proporsi modal dalam struktur modal dinyatakan dalam persentase.
Dengan
mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masingmasing komponennya
dapatlah dihitung besarnya biaya modal tertimbang (weighted cost of capital).
Adapun istilah-istilah lain yang juga digunakan untuk maksud yang sama adalah:
"average cost of capital, over-all cost of capital. combined cost of
capital, joint cost of capital". Untuk lebih jelasnya diberikan contoh
cara menghitung "weighted cost of capital" seperti di bawah ini'
Contoh
;
Suatu
perusahaan mempunyai struktur modal sebagai berikut:
Utang jangka panjang
|
Rp 60 jt
|
Saham preferen
|
Rp 10 jt
|
Modal sendiri
|
Rp 130 jt
|
Jumlah
|
Rp 200 jt
|
Biaya
pengggunaan dana dari masing-masing sumber dana tersebut adalah sebagai berikut;
Utang
|
6%
|
Saham preferen
|
7%
|
Modal sendiri
|
10%
|
Tingkat pajak perseroan
|
50%
|
Langkah
perta a adalah mengadakan penyesuaian pajak bagi biaya utang untuk menjadikan
biaya sesudah pajak. Biaya utang sesudah pajak (After-tax cost of debt): 6% (1
.-0 0,5): 3%. Perhitungan 'weighted cost of capital" dari perusahaan
tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Dengan
Menggunakan Jumlah Modal Rupiah untuk Penetapan "Weight"
Perhitungan
biaya modal
Dalam
ribuan rupiah
Komponen modal 1
|
Jumlah modal
2
|
Biaya masing-masing 3
|
Jumlah biaya komponen 2x3
|
Utang
|
Rp 60.000.00
|
3%
|
Rp 1.800.00
|
Saham preferen
|
Rp 10.000.00
|
7%
|
Rp 700.00
|
Modal sendiri
|
Rp 130.000.00
|
10%
|
Rp 13.000.00
|
|
Rp 200.000.00
|
|
Rp 15.500.00
|
Welgheted cost of capital =
2. Dengan
Menggunakan Proporsi Modal (Capital Proportions) untuk Penetapan "Weight
-nya
Komponen modal 1
|
Persentase dari total 2
|
Biaya masing-masing komponen 3
|
Hasil 4
(2x3)
|
Utang
|
30%
|
3%
|
0,0090
|
Saham preferen
|
5%
|
7%
|
0,0035
|
Modal sendiri
|
65%
|
10%
|
0,0650
|
|
100%
|
|
0,0775
|
Welgheted
cost of capital = 7,75%
Biaya
modal rata-rata atau biaya modal tertimbang (weighted cost of capital tersebut
akan berubah kalau ada perubahan struktur modal ataupun perubahan biaya dari
masing-masing komponen modal tersebut.
Selama
struktur modal dan biaya masing-masing komponen modal tersebut maal. dapat
dipertahankan. biaya modal rata-rata tidak berubah meskipun ada tambaha modal
yang digunakan. Dengan demikiano dapat dikatakan bahwa setiap tambahan dana
yang dilakukan dalam perimbangan modal yang sama dan biaya 'komponennya juga
tetap sama. maka biaya modal dari tambahan modal tersebut akan tetap sama
dengan biaya modal rata-rata sebelum ada tambahan dana tersebut. Dengan kata
lain biaya modal marginal (marginal cost of capital)-nya tetap sama.
Tetapi
apabila suatu perusahaan membutuhkan tambahan dana yang demikian besarnya
terpaksa harus mengadakan emisi saham baru, maka penambahan saham biasa baru
tersebut akan mengakibatkan kenaikan ”marginal cost of capital“-nya. karena
biaya saham biasa lebih besar daripada biaya keuntungan yang ditahan Untuk
lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut ;
Contoh
;
Perusahaan
“ABC“ pada tanggal 31 Desember 1974 mempunyai neraca bagian pavisa-nya sebagai
berikut:
Utang
perniagaan Rp
200.000.00
Utang
wesel Rp
200.000.00
Utang lancer lainnya RP 60.000.00
Rp
460.000.00
Utang
jangka panjang Rp
320.000.00 22%
Saham
preferen Rp
14.000.00 1%
Saham biasa Rp 1.120.000.00 77%
Rp
1.454.000.00 100%
Jumlah
utang dan modal Rp 1.914.000.00
Biaya
penggunaan dana dari masing masing komponen modal tersebut adalah sebagai
berikut :
Utang
jangka panjang 6% sebelum
pajak
Saham
preferen 6%
Saham biasa 10%
Tingkat
panjak penghasilan = 50%
Biaya
utang sesudah pajak = 6%(1.0-0.5)= 3%
Perhitungan
biaya modal rata rata sebagai berikut :
Komponen modal
|
Persentase dari total
|
Biaya masing2 komponen
|
Hasil
|
Utang jangka panjang
|
22%
|
3%
|
0.0066
|
Saham preferen
|
1%
|
6%
|
0.0006
|
Saham biasa
|
77%
|
10%
|
0.0770
|
|
100%
|
|
0.0842
|
Biaya
modal rata –rata = 8,42%
Dalam
perhitungan biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, komponen utang
jangka pendek tidak dimasukkan, karena perhitungan biaya modal rata-rata
digunakan terutama untuk pengambilan keputusan mengenai investasi jangka
panjang, yang untuk ini seharusnya dibiayai dengan dana jangka panjang atau
dana permanen. Demikian pula dalam contoh 15.9 di atas, untuk menghitung biaya
modal rata-ratanya tidak dimasukkan komponen utang lancar. Bagaimana halnya
sekarang kalau misalnya pada tahun 1975 perusahaan mendapatkan keuntungan neto
sesudah pajak sebesar Rp600.000,00 dan dibayarkan sebagai dividen sebesar
Rp200.000,00 dan ditahan sebesar Rp400.000,00. Berdasarkan perhitungan di atas
kita mengetahui bahwa untuk mempertahankan ”weighted cost of capital" sebesar
8,42% kita harus mempertahankan pula perimbangan modalnya.
Ini
berarti bahwa kalau laba yang ditahan itu akan digunakan perusahaan harus
dijaga agar supaya tambahan dana sebesar Rp400.000,00 tetap merupakan bagian
sebesar 77% dari keseluruhan tambahan dana yang akan ditarik oleh perusahaan.
Sebab kalau tidak demikian biaya modal rata-ratanya akan berubah. Kalau laba
yang ditahan itu sebesar Rp400.000,00 merupakan 77% dari keseluruhan tambahan
dana, besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah sebesar
=
Rp519.480,00 atau dibulatkan menjadi Rp519.000,00
Dengan
demikian tambahan modal baru tersebut untuk dapat mempertahankan xaya modal
rata-rata sebesar 8,42% harus terdiri dari:
Utang
(22%) = Rp
l 14.000.00
Saham
preferen ( l %) = Rp 5000.00
Modal sendiri (77%) = Rp400.000,00
Rp
519.000.00
Hal tersebut dapat di buktikan
dengan perhitungan sebagai berikut :
Komponen modal
|
Jumlah tambahan modal
|
Biaya masing2 komponen
|
Jumlah biaya
|
Utang
|
Rp 114.000.00
|
3%
|
Rp 3.420.00
|
Saham
preferen
|
RP 5.000.00
|
6%
|
Rp 300.00
|
Modal
sendiri
|
Rp 400.000.00
|
10%
|
Rp 40.000.00
|
|
Rp 519.000.00
|
|
Rp 43.720.00
|
Dengan
demikian dari perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa kebutuhan tambahan dana
maksimal untuk dapat mempertahankan biaya modal rata-rata sebesar 8,42% adalah
sejumlah Rp519.000,00 yang dipenuhi dengan laba yang ditahan sebesar
Rp400.000,00, saham preferen sebesar Rp5.000,00 dan dengan Utang jangka panjang
sebesar Rpl l4.000,00.
Apabila
kebutuhan dananya lebih besar dari batas jumlah maksimal tersebut
(Rp519.000,00) maka biaya modal rata-rata dari tambahan modal tersebut
(marginal cost of capital) akan lebih besar daripada biaya modal rata-ratanya,
yaitu 8.42%. Hal ini disebabkan karena perusahaan terpaksa memenuhi kekurangan
dananya dengan mengeluarkan saham biasa baru, yang ini dibebani biaya emisi
(floating cost). Apabila tambahan dana tersebut sepenuhnya dibiayai dengan
utang yang“ biayanya lebih rendah, hal itu akan mengubah perimbangan
sumber-sumber modalnya. dan akan menurunkan solvabilitas perusahaan. Untuk
dapat mempertahankan struktur modal optimal, maka setiap kebutuhan dana harus
dipenuhi dengan 3 macam dana, yaitu modal sendiri, saham preferen dan utang
jangka panjang dengan perimbangan 77: 1: 22
Contoh
:
Misalkan
perusahaan tersebut membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp100.000,00 . Untuk
mempertahankan struktur modal optimumnya maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi
dengan modal sendiri sebesar Rp77.000.00 (77%), saham preferen Rpl.000,00 (l%)
dan utang jangka panjang Rp22.000,00 (22%).
Biaya
saham preferen tetap sebesar 6%, biaya utang sebesar 3%. Biaya saham biasa baru
adalah lebih besar daripada biaya saham biasa atau laba yang ditahan, karena
adanya biaya emisi. Misalkan biaya emisi sebesar 10% Biaya saham blas‘
sebagaimana ditentukan dalam contoh 15.9. adalah sebesar 10 %
Dengan
demikian maka biaya dari saham biasa baru (cost of new common stock)adalah
sebesar :
Berdasarkan
biaya saham baru ini maka besarnya biaya modal rata-rata dari tambahan modal
tersebut (marginal cost of capital ) dapat ditentukan sebagai berikut.
Komponen modal
|
Jumlah tambahan moadal
|
Biaya masing2 komponen
|
Jumlah biaya
|
Utang
|
Rp 22.000.00
|
3%
|
Rp 660.00
|
Saham
preferen
|
Rp 1.000.00
|
6%
|
Rp 60.00
|
Saham
baru
|
Rp 77.000.00
|
11,1%
|
Rp 8.547.00
|
|
Rp 100.000.00
|
|
Rp 9.267.00
|
Biaya
modal rata-rata yang baru (marginal cost of capital) :
Dari
perhitungan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Selama
kebutuhan tambahan dana tidak melampaui Rp519.000,00 dan pemenuhannya tetap
dipertahankan atas dasar perimbangan 77 : 1 : 22 yaitu laba yang ditahan saham
preferen utang, "weighted cost of capital" sebesar 8,42% tetap dapat
dipertahankan.
2. Segera
kebutuhan tambahan dana melebihi Rp519.000,00 biaya modal rata-rata dari
tambahan modal tersebut (marginal 005‘ Of capital) akan meningkat menjadi 9,3%.
v Biaya penggunaan dana yang berasal
dari depresiasi
Kita
telah membicarakan biaya penggunaan dana yang berasal dari utang. saham
preferen. laba yang ditahan dan saham biasa baru. Bagaimana halnya dengan
depresiasi?
Sebagaimana
kita ketahui depresiasipun merupakan salah satu sumber dana. Kalau perusahaan
mau menggunakan dana yang berasal dari depresiasi apakah tanpa biaya? Mengingat
bahwa dana yang berasal dari depresiasi itu dapat ditanamkan kembali untuk
menghasilkan "rate of return“. maka perusahaan harus menentukan apakah
dana tersebut akan ditanamkan dalam perusahaan atau dibagikan kepada pemberi
danu.
Keputusan
tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan dapat
menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan
"rate of return " yang lebih besar dari biayanya atau tidak.
Besamya
biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi {cost of depreciation)
adalah sama besarnya dengan biaya modal rata-rata sebelum menggunakan dana yang
berasal dari emisi saham baru.
Oleh
karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya
dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikutkan
dalam perhitungan biaya modal rata-rata.
Perusahaan
akan menggunakan dana yang berasal dari depresiasi itu hanya kalau penggunaan
dana tersebut akan menghasilkan "rate of return" lebih besar daripada
biaya modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan
mempunyai pengaruh memperbesar batas jumlah maksimal kebutuhan tambahan dana
yang akan dapat mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya.
contoh ;
misalkan
perusahaan mempunyai dana yang berasal dari depresiasi sebesar Rp40.000,00 maka
batas jumlah maksimal tambahan dana yang akan dapat mempertahankan biaya modal
rata-rata sebesar 8,42% naik dari Rp519.000,00 menjadi Rp559.000,00 (yaitu
Rp519.000,00 + Rp40.000,00), sehingga kebutuhan dana di atas Rp559.000,00 baru
menaikkan "marginal cost of capital"-nya. '
D.
Fungsi
"Cost of Capital" dalam Penggunaan Berbagai Metode Pemilihan
Investasi
Dalam
Bab 9 sudah sering dijumpai istilah "cost of capital" atau biaya
penggunaan modal dalam uraian mengenai berbagai metode pemilihan investasi yang
mendasarkan pada "discounted cash flow", yaitu metode-metode “Net
Present Value", Profitability Indeks dan Internal rate of return".
Dalam bagian ini kami akan menegaskan tentang fungsi "cost of
capital" dalam berbagai metode tersebut.
Pengertian
"cost of capital" di sini dimaksudkan sebagai biaya penggunaan modal
yang menyeluruh (over-all cost of capital) atau "weighted cost of
capital“).
Kalau
kita menggunakan "Net Present Value" atau "Profitability Index“
sebagai cara untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usul investasi,
maka "cost of capital" berfungsi sebagai "discount rate"
yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds dan pengeluaran
investasi.
Apabila
nilai sekarang dari proceeds atas dasar discount rate tersebut (yaitu sebesar
cost of capital) lebih besar daripada nilai sekarang dari pengeluaran
investasinya sehingga nilai sekarang neto atau Net Present Value-nya positif,
maka usul investasi tersebut dapat diterima Apabila ada perubahan biaya dari
salah satu atau beberapa sumber dana, atau perubahan komposisi modalnya, maka
"cost of capital"nya pun akan berubah, sehingga hasil perhitungan NPV
atau Profitability Index-nya pun akan berubah.
Apabila
kita menggunakan metode ”internal rate of return", maka fungsi cost of
capital (c.o.c_) adalah sebagai ”hurdle rate" atau "cut-off rate“
(tingkat pembatas atau pemotong) dalam hal kita mengadakan evaluasi terhadap
usul-usul proyek investasr.
Apabila
“rate of return” dari usul suatu proyek investasi lebih besar daripada
C.O.C.nya maka usul proyek investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya kalau
rate of return dari usul investasi tersebut lebih kecil daripada c.o.c.nya,
maka usul proyek investasi tersebut harus ditolak. Kalau ada beberapa usul
invesrasi mana yang mempunyai rate of return yang lebih besar daripada c.o.c.
tersebut, dan itulah usul-usul investasi yang dapat diterima.
Untuk
lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh
;
Pimpinan
suatu perusahaan sedang mempertimbangkan 4 usul proyek investasi yaitu:
Usul investasi
|
Besarnya infestasi yang di perlukan
|
Estimasi rate of return
|
A……………
|
Rp 10 jt
|
25%
|
B……………
|
Rp 5 jt
|
13%
|
C……………
|
Rp 5 jt
|
8%
|
D…………….
|
Rp 5 jt
|
5%
|
Cost
of capital sebesar 10%.
Berdasarkan
c.o.c. sebesar 10%,maka kita hanya akan memilih usul-usul proyek investasi A
dan B saja yang diterima karena rate of return-nya masingmasing lebih besar
daripada c.o.c.nya. Sedangkan usul investasi C dan D harus ditolak, karena rate
of return-nya lebih kecil daripada c.o.c.nya.
Contoh
tersebut kalau digambarkan, maka diagramnya akan nampak seperti di bawah ini:
25%
20%
15%
Rate of return
25% COC 10%
5% A B C D
0 5 10 15 20 25
(
X Rp 1 jt )
Investasi
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya
riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yg
berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh dana yang diperlukan.
B.
Saran
Makalah
yang telah disusun dengan sebaik mungkin ini diharapkan dapat membantu para pembaca
khususnya mahasiswa dalam pembahasan tentang, biaya modal selain itu makalah ini diharapkan dapat memberikan
perbandingan pendangan dengan apa yang telah diperoleh dilingkungan kerja.
Pengumpulan data dengan teliti dan valid adalah pedoman yang
dipegang dalam pembuatan makalah ini, dengan demikian pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik akan mendapat hasil yang sempurna. Saya
mengharapkan semua data dan pengetahuan yang didapat dari sumber-sumber
yang sah dimana saya mancari data dapat bermanfaat dimasa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
ü Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE
Yogyakarta,Yogyakarta.
ü Gitman,
Lawrence, J. 2003. Principles of Managerial Finance. Tenth Edition.
International Edition. Pearson Education, Inc: United States
ü Henry Simamora
.2002.akutansi basis pengambilan
keputusan .jakarta ;salemba empat.
ü Mulyadi.
2001, Akuntansi Biaya, Edisi kelima, Cetakan ketujuh, Yogyakarta :
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
ü Masiyah
Kholmi, Yuningsih. 2002. Akuntansi Biaya. Malang : UMM
ü Munawir.,
2004, Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas,Yogyakarta: Liberty.
ü Munawir.,
2001, Analisa Laporan Keuangan,
Yogyakarta : Liberty.Narayaman., 2004,
ü Supriyono,
R.2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta:
STIE YKPN.
ü
Tidak ada komentar:
Posting Komentar